Duh, Ada Ramalan Mengejutkan dari Morgan Stanley soal CAD RI

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
30 October 2018 12:04
Morgan Stanley merilis sebuah riset terbaru mengenai Indonesia dan India.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley merilis sebuah riset terbaru mengenai Indonesia dan India.

Riset yang berjudul 'Will Funding Pressure Derail Growth?' ini berusaha menjawab tiga pertanyaan besar di tengah gejolak eksternal.

CNBC Indonesia, Selasa (30/10/2018), mencoba menuangkan riset tersebut namun fokus pada Indonesia saja.
Duh, Ada Ramalan Mengejutkan dari Morgan Stanley soal CAD RIFoto: Morgan Stanley Riset

Tiga pertanyaan utama yang coba dijawab Morgan Stanley adalah :
  1. Apa yang mendorong pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD/Current Account Deficit)? Ke mana CAD akan bergerak dan seberapa besar kekhawatiran ini?
  2. Para pembuat kebijakan di India dan Indonesia merespons pelemahan mata uang dengan kebijakan yang berbeda. Kenapa? Apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu dilakukan ke depan?
  3. Depresiasi mata uang dan kenaikan suku bunga membantu mengurangi risiko dan menjaga stabilitas makro tetapi ada trade-off antara stabilitas makro dan pertumbuhan. Seberapa banyakkah depresiasi mata uang akan membantu CAD dan apakah tekanan dalam pendanaan merosotkan pertumbuhan?
Dalam riset tersebut, artikel ini akan mencoba mengelaborasi pertanyaan pertama.

Indonesia sendiri, menurut Morgan Stanley, tengah mengalami lonjakan alias kenaikan dari sisi impor. Adapun permintaan domestik memegang peranan penting dari kenaikan impor ini.

"Meskipun harga minyak dunia yang lebih tinggi dan turunnya harga minyak sawit mentah, peningkatan permintaan domestik menjadi pendorong melebarnya defisit transaksi berjalan dibandingkan harga komoditas," tulis Morgan Stanley.

Morgan Stanley memproyeksikan pada kuartal III-2018 dengan melihat defisit perdagangan di jenis custom goods melebar hingga 1% per PDB vs 0,5% PDB pada kuartal I-2018.

"Kami memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan berada di 3,6%-4,1% dari PDB (pada kuartal III-2018)," tulis Morgan Stanley. Untuk keseluruhan tahun 2018, CAD akan berada di 2,9% dari PDB dan membaik pada 2019 sebesar 2,6% dari PDB.

Duh, Ada Ramalan Mengejutkan dari Morgan Stanley soal CAD RIFoto: Morgan Stanley Riset

"Kami merevisi proyeksi CAD tersebut," tulis Morgan Stanley.

Proyeksi CAD Morgan Stanley sebelumnya untuk keseluruhan tahun 2018 adalah 2,2% dari PDB dan angka yang sama diproyeksikan untuk 2019.

Adapun batas nyaman CAD menurut Morgan Stanley untuk Indonesia di posisi mendekati 2%.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat defisit transaksi berjalan CAD di kuartal III 2018, akan melampaui angka yang cukup sensitif, yakni 3% terhadap PDB.

"Di kuartal III-2018 ini ada angka Juli. Kan ada angka Agustus. Di mana terjadi defisit. Tapi angka September surplus. Ini menunjukkan bahwa kebijakan bersama baik dari pemerintah dan BI dalam langkah-langkah menrunkan CAD mulai terasa di September," kata Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).

"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," imbuh Gubernur BI.

Lebih jauh, nilai CAD di Kuartal IV-2018 akan rendah. Hal ini dipengaruhi komitmen pemerintah yang turut melakukan aksi penyelamatan CAD.

"Kebijakan yang ditempuh selama ini akan kelihatan semakin nyata di Kuartal IV-2018. Di kuartal IV-2018 tren CAD akan menurun lebih jauh. Sehingga kami masih melihat untuk keseluruhan tahun 2019 CAD masih di bawah 3% terhadap PDB," kata Perry.


(prm) Next Article Kuartal IV-2021: Surplus Transaksi Berjalan RI US$ 1,4 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular