
Kurs Rupiah Dihantam di Pasar Acuan dan Pasar Spot
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
30 October 2018 10:43

Dolar AS pagi ini sedang di atas angin. Pergerakan dollar Index (menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama global) pada pukul 10:19 WIB, menguat 0,08% di level 96,65.
Setidaknya ada beberapa faktor yang jadi bensin utama penguatan dolar AS. Pertama, potensi memanasnya perang dagang. Tersiar kabar bahwa AS siap menerapkan bea masuk baru kepada produk-produk China apabila pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping tidak membuahkan hasil. Keduanya dikabarkan akan melakukan pembicaraan di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina), bulan depan.
Mengutip Reuters, sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan Washington sudah menyiapkan bea masuk baru sebagai skenario terburuk. Kemungkinan bea masuk itu adalah untuk importasi produk-produk made in China bernilai US$ 257 miliar seperti yang sering dikemukakan Trump.
Kedua, Problem Anggaran Italia. Pelaku pasar mengkhawatirkan fiskal Negeri Pizza tahun anggaran 2019 yang dinilai terlalu agresif dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) yang menurunkan proyeksi (outlook) Italia dari stabil menjadi negatif. Menurut S&P, rencana anggaran ini akan membebani pertumbuhan ekonomi dan upaya menurunkan utang pemerintah.
Ketiga, rilis terbaru data Core Personal Comsumption Expenditure (Core PCE). Data tersebut menjadi preferensi The Federal Reserve/The Fed dalam mengukur inflasi. Pada September 2018, Core PCE tercatat 2% YoY atau sejalan dengan target The Fed.
Ke depan, ada potensi Core PCE akan terus meningkat dan berada sedikit di atas target 2% yang dipatok The Fed. Pasalnya walau pertumbuhan ekonomi AS melambat, tetapi konsumsi rumah tangga tetap tumbuh impresif. Pada kuartal III-2018, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4%, tercepat sejak kuartal IV-2014.
Dengan laju inflasi AS yang kemungkinan terakselerasi, maka bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate 25 basis poin pada 19 Desember adalah 69,7%, naik dari posisi kemarin yaitu 66,9%.
Keempat, perkembangan politik di Eropa. tersiar kabar bahwa Angela Merkel tidak akan lagi mencalonkan diri sebagai Kanselir Jerman setelah menjabat selama 13 tahun. Merkel adalah sosok yang berhasil mengantar Uni Eropa selamat dari terjangan krisis fiskal pada 2009-2010.
"Pasar melihat Merkel sebagai Iron Lady of Europe. Kabar ini tentu bukan berita baik bagi euro," ujar Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payment yang berbasis di Toronto, mengutip Reuters.
Keempat hal ini disinyalir jadi penyebab dolar AS di atas angin. Penguatan dolar AS tentu jadi tekanan tersendiri untuk beberapa mata uang global, terutama rupiah. Terlebih saat ini belum ada sentimen positif dari dalam negeri yang bisa mengangkat posisi mata uang garuda.
Next Page
Domestik Belum Beri Tenaga Untuk Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular