
Ikuti Jejak Bursa Regional, IHSG Naik Tipis 0,07%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 October 2018 09:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan menguat tipis 0,07% ke level 5.788,93. IHSG berhasil mengikuti jejak bursa saham utama kawasan Asia yang sebelumnya juga dibuka di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,66%, indeks Strait Times naik 0,59%, dan indeks Hang Seng naik 0,96%.
Koreksi yang sudah cukup dalam membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Sepanjang minggu lalu, indeks Nikkei, Strait Times, dan Hang Seng telah terkoreksi masing-masing sebesar 5,98%, 2,95%, dan 3,3%. Sementara itu, IHSG melemah 0,9% sepanjang pekan lalu.
Dari kawasan regional, ada sentimen positif yakni rilis data ekonomi di Jepang. Pada pagi ini, penjualan barang-barang ritel di Jepang diumumkan tumbuh 2,1% YoY pada bulan September, jauh mengalahkan konsensus yang sebesar 1,6% YoY.
Lebih lanjut, sentimen positif datang dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS yang mengimplikasikan penguatan pada saat perdagangan dibuka nanti malam waktu Indonesia: Dow Jones diimplikasikan naik sebesar 52 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 7 dan 9 poin.
Tekanan jual atas saham Amazon dan Alphabet yang sudah mereda membuat Wall Street akan menempati zona hijau. Pada extended-hours trading, saham Amazon menguat sebesar 0,13%, sementara saham Google menguat 0,02%. Sebelumnya per akhir perdagangan reguler hari Jumat (26/10/2018), saham Amazon anjlok 7,82%, sementara saham Alphabet terkoreksi 1,8%.
Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, penjualan Amazon tercatat sebesar US$ 56,6 miliar, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang sebesar US$ 57,1 miliar. Sementara itu, penjualan Alphabet tercatat sebesar US$ 33,7 miliar, juga di bawah estimasi yang sebesar US$ 34,04 miliar.
Namun, terlepas dari appetite investor yang terlihat cukup tinggi untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham, sejatinya ada risiko yang menghantui penguatan IHSG yakni potensi pelemahan rupiah. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS menguat 0,1% ke level 96,454. Sementara itu, rupiah masih diperdagangkan flat di pasar spot di level Rp 15.215/dolar AS.
Dolar AS nampak tetap menjadi instrumen yang menarik bagi investor, seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi AS. Sepanjang kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Paman Sam tercatat tumbuh sebesar 3,5% (QoQ annualized), mengalahkan ekspektasi yang sebesar 3,4%. Hal ini bisa semakin memberikan optimisme bagi the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember.
Jika nantinya rupiah berbalik melemah, investor asing yang kini membukukan beli bersih sebesar Rp 8,9 miliar bisa dipaksa melakukan aksi jual sehingga laju IHSG pun menjadi terancam.
Tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di Indonesia pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Koreksi yang sudah cukup dalam membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Sepanjang minggu lalu, indeks Nikkei, Strait Times, dan Hang Seng telah terkoreksi masing-masing sebesar 5,98%, 2,95%, dan 3,3%. Sementara itu, IHSG melemah 0,9% sepanjang pekan lalu.
Dari kawasan regional, ada sentimen positif yakni rilis data ekonomi di Jepang. Pada pagi ini, penjualan barang-barang ritel di Jepang diumumkan tumbuh 2,1% YoY pada bulan September, jauh mengalahkan konsensus yang sebesar 1,6% YoY.
Tekanan jual atas saham Amazon dan Alphabet yang sudah mereda membuat Wall Street akan menempati zona hijau. Pada extended-hours trading, saham Amazon menguat sebesar 0,13%, sementara saham Google menguat 0,02%. Sebelumnya per akhir perdagangan reguler hari Jumat (26/10/2018), saham Amazon anjlok 7,82%, sementara saham Alphabet terkoreksi 1,8%.
Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, penjualan Amazon tercatat sebesar US$ 56,6 miliar, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang sebesar US$ 57,1 miliar. Sementara itu, penjualan Alphabet tercatat sebesar US$ 33,7 miliar, juga di bawah estimasi yang sebesar US$ 34,04 miliar.
Namun, terlepas dari appetite investor yang terlihat cukup tinggi untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham, sejatinya ada risiko yang menghantui penguatan IHSG yakni potensi pelemahan rupiah. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS menguat 0,1% ke level 96,454. Sementara itu, rupiah masih diperdagangkan flat di pasar spot di level Rp 15.215/dolar AS.
Dolar AS nampak tetap menjadi instrumen yang menarik bagi investor, seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi AS. Sepanjang kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Paman Sam tercatat tumbuh sebesar 3,5% (QoQ annualized), mengalahkan ekspektasi yang sebesar 3,4%. Hal ini bisa semakin memberikan optimisme bagi the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember.
Jika nantinya rupiah berbalik melemah, investor asing yang kini membukukan beli bersih sebesar Rp 8,9 miliar bisa dipaksa melakukan aksi jual sehingga laju IHSG pun menjadi terancam.
Tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di Indonesia pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Most Popular