
Simak 5 Sentimen Penggerak Pasar Minggu Depan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 October 2018 19:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini terbukti menjadi pekan yang cukup sulit bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara mingguan, IHSG terkoreksi 0,9%. Tekanan dari luar dan dalam negeri membuat IHSG tak bisa membukukan kinerja yang positif.
Memasuki minggu yang baru, perdagangan di bursa saham dalam negeri juga dipastikan tidak akan berlangsung mudah. Sejumlah sentimen, baik domestik maupun eksternal, berpotensi menekan laju IHSG.
Tim Riset CNBC Indonesia merangkum sejumlah sentimen yang dimaksud, Minggu (28/10/2018).
Respons pelaku pasar atas rilis kinerja keuangan dari Amazon dan Alphabet akan menentukan arah pergerakan bursa saham dunia. Pada perdagangan hari Jumat (26/10/2018), saham Amazon anjlok 7,82%, sementara saham Alphabet terkoreksi 1,8%.
Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, penjualan Amazon tercatat sebesar US$56,6 miliar, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang sebesar US$57,1 miliar. Sementara itu, penjualan Alphabet tercatat sebesar US$33,7 miliar, juga di bawah estimasi yang sebesar US$34,04 miliar.
Aksi jual pada saham Amazon dan Alphabet bahkan membuat Wall Street terkoreksi, terlepas dari pertumbuhan ekonomi AS kuartal-III 2018 yang diumumkan di atas ekspektasi (3,5% QoQ annualized vs. 3,4%).
Jika aksi jual atas kedua saham tersebut berlanjut, mengingat besarnya kapitalisasi pasar kedua perusahaan, Wall Street dipastikan akan tertekan. Per akhir perdagangan minggu ini, Amazon memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$801,27 miliar, terbesar ketiga dalam indeks S&P 500 setelah Apple dan Microsoft, sementara Alphabet berada di posisi keempat dengan nilai sebesar US$749,64 miliar. Dari sisi geopolitik, ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.
Pada hari Selasa (23/10/2018), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.
“Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana…. Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional,” papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.
“Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab," kata Erdogan lebih lanjut.
Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.
"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.
Bahkan, Trump kini mulai berani menyebut bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman kemungkinan ikut terlibat.
"Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga," kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal. Permasalahan mengenai rancangan anggaran pemerintah Italia kian ruwet saja.
Pasca-Komisi Eropa menolak rencana fiskal pemerintah Italia lantaran defisit yang mencapai 2,4% dari PDB, Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menyebut bahwa negaranya tidak akan mengubah anggaran tahun 2019.
"Warga Italia harus didahulukan ... Italia tidak lagi ingin menjadi pelayan untuk aturan konyol," kata Salvini.
Pemerintah Italia dan Brussel memiliki cara pandang yang berbeda. Uni Eropa memandang bahwa defisit anggaran Italia harus diminimalisir lantaran rasio utang terhadap PDB Negeri Pizza sudah mencapai 131,2% pada tahun 2017.
Di lain pihak, pemerintah Italia menganggap bahwa untuk menekan rasio utang terhadap PDB, pemerintah seharusnya bukan berhemat tapi fokus meningkatkan angka PDB. Jiak angka PDB melesat, maka rasio utang terhadap PDB bisa menciut.
Hal tersebut rencananya akan mereka lakukan dengan memberikan bantuan kepada rakyat agar bisa meningkatkan konsumsi yang pada akhirnya akan membuat dunia usaha bergeliat dan ekonomi menjadi berputar.
Nantinya, bukan tak mungkin Italia mengadopsi cara yang sama dengan yang ditempuh Inggris pada 2016 silam yakni dengan keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Memang, keluarnya Inggris dari blok ekonomi raksasa dunia tersebut bukan disebabkan oleh penolakan rancangan anggaran oleh Uni Eropa. Tapi intinya, mereka keluar lantaran ada rasa tidak puas terkait keanggotaannya di Uni Eropa. Seolah kondisi pasar keuangan dunia tak cukup panas, Prancis pun ikut-ikutan membuat masalah.
Minggu lalu, Uni Eropa diketahui mengirimkan surat kepada Prancis yang berisi peringatan bahwa rencana pengurangan utang pada tahun 2019 tak sesuai dengan proposal yang sudah disepakati kedua belah pihak sebelumnya.
Rancangan anggaran Prancis tahun 2019 mematok defisit struktural (perbedaan antara belanja dan penerimaan, tidak termasuk pos-pos one-off) turun sebesar 0,3% atau 30 bps. Padahal pada bulan April, pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sudah setuju untuk mengurangi defisit struktural sebesar 0,6% atau 60 bps setiap tahunnya.
Saat ini, tensi antara Prancis dan Uni Eropa memang masih lebih adem ketimbang tensi antara Italia dan Uni Eropa. Namun, jika kian panas, bukan tak mungkin French Exit pun menjadi sesuatu yang akan dihadapi pasar keuangan dunia. Pada pekan depan, ada beberapa rilis data ekonomi di AS dan Indonesia yang bisa menentukan arah pergerakan IHSG. Pada tanggal 30 Oktober, indeks keyakinan konsumen AS periode Oktober akan diumumkan.
Pada tanggal 1 November, data ISM Manufacturing PMI periode Oktober akan diumumkan. Kemudian pada tanggal 2 November, angka penciptaan lapangan kerja periode Oktober akan dirilis, bersamaan dengan tingkat pengangguran periode yang sama.
Ketiga data ini akan memberi petunjuk bagi investor terkait dampak perang dagang dengan China bagi sektor riil Negeri Paman Sam. Jika ketiga data tersebut bisa menyamai atau bahkan mengalahkan ekspektasi, Wall Street akan mendapatkan suntikan tenaga yang besar sehingga IHSG bisa ikut terkerek naik.
Beralih ke tanah air, pada tanggal 1 November data Nikkei Manufacturing PMI periode Oktober akan diumumkan. Masih pada awal bulan, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Memasuki minggu yang baru, perdagangan di bursa saham dalam negeri juga dipastikan tidak akan berlangsung mudah. Sejumlah sentimen, baik domestik maupun eksternal, berpotensi menekan laju IHSG.
Tim Riset CNBC Indonesia merangkum sejumlah sentimen yang dimaksud, Minggu (28/10/2018).
Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan. Sepanjang kuartal-III 2018, penjualan Amazon tercatat sebesar US$56,6 miliar, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang sebesar US$57,1 miliar. Sementara itu, penjualan Alphabet tercatat sebesar US$33,7 miliar, juga di bawah estimasi yang sebesar US$34,04 miliar.
Aksi jual pada saham Amazon dan Alphabet bahkan membuat Wall Street terkoreksi, terlepas dari pertumbuhan ekonomi AS kuartal-III 2018 yang diumumkan di atas ekspektasi (3,5% QoQ annualized vs. 3,4%).
Jika aksi jual atas kedua saham tersebut berlanjut, mengingat besarnya kapitalisasi pasar kedua perusahaan, Wall Street dipastikan akan tertekan. Per akhir perdagangan minggu ini, Amazon memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$801,27 miliar, terbesar ketiga dalam indeks S&P 500 setelah Apple dan Microsoft, sementara Alphabet berada di posisi keempat dengan nilai sebesar US$749,64 miliar. Dari sisi geopolitik, ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.
Pada hari Selasa (23/10/2018), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.
“Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana…. Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional,” papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.
“Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab," kata Erdogan lebih lanjut.
Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.
"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.
Bahkan, Trump kini mulai berani menyebut bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman kemungkinan ikut terlibat.
"Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga," kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal. Permasalahan mengenai rancangan anggaran pemerintah Italia kian ruwet saja.
Pasca-Komisi Eropa menolak rencana fiskal pemerintah Italia lantaran defisit yang mencapai 2,4% dari PDB, Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menyebut bahwa negaranya tidak akan mengubah anggaran tahun 2019.
"Warga Italia harus didahulukan ... Italia tidak lagi ingin menjadi pelayan untuk aturan konyol," kata Salvini.
Pemerintah Italia dan Brussel memiliki cara pandang yang berbeda. Uni Eropa memandang bahwa defisit anggaran Italia harus diminimalisir lantaran rasio utang terhadap PDB Negeri Pizza sudah mencapai 131,2% pada tahun 2017.
Di lain pihak, pemerintah Italia menganggap bahwa untuk menekan rasio utang terhadap PDB, pemerintah seharusnya bukan berhemat tapi fokus meningkatkan angka PDB. Jiak angka PDB melesat, maka rasio utang terhadap PDB bisa menciut.
Hal tersebut rencananya akan mereka lakukan dengan memberikan bantuan kepada rakyat agar bisa meningkatkan konsumsi yang pada akhirnya akan membuat dunia usaha bergeliat dan ekonomi menjadi berputar.
Nantinya, bukan tak mungkin Italia mengadopsi cara yang sama dengan yang ditempuh Inggris pada 2016 silam yakni dengan keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Memang, keluarnya Inggris dari blok ekonomi raksasa dunia tersebut bukan disebabkan oleh penolakan rancangan anggaran oleh Uni Eropa. Tapi intinya, mereka keluar lantaran ada rasa tidak puas terkait keanggotaannya di Uni Eropa. Seolah kondisi pasar keuangan dunia tak cukup panas, Prancis pun ikut-ikutan membuat masalah.
Minggu lalu, Uni Eropa diketahui mengirimkan surat kepada Prancis yang berisi peringatan bahwa rencana pengurangan utang pada tahun 2019 tak sesuai dengan proposal yang sudah disepakati kedua belah pihak sebelumnya.
Rancangan anggaran Prancis tahun 2019 mematok defisit struktural (perbedaan antara belanja dan penerimaan, tidak termasuk pos-pos one-off) turun sebesar 0,3% atau 30 bps. Padahal pada bulan April, pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sudah setuju untuk mengurangi defisit struktural sebesar 0,6% atau 60 bps setiap tahunnya.
Saat ini, tensi antara Prancis dan Uni Eropa memang masih lebih adem ketimbang tensi antara Italia dan Uni Eropa. Namun, jika kian panas, bukan tak mungkin French Exit pun menjadi sesuatu yang akan dihadapi pasar keuangan dunia. Pada pekan depan, ada beberapa rilis data ekonomi di AS dan Indonesia yang bisa menentukan arah pergerakan IHSG. Pada tanggal 30 Oktober, indeks keyakinan konsumen AS periode Oktober akan diumumkan.
Pada tanggal 1 November, data ISM Manufacturing PMI periode Oktober akan diumumkan. Kemudian pada tanggal 2 November, angka penciptaan lapangan kerja periode Oktober akan dirilis, bersamaan dengan tingkat pengangguran periode yang sama.
Ketiga data ini akan memberi petunjuk bagi investor terkait dampak perang dagang dengan China bagi sektor riil Negeri Paman Sam. Jika ketiga data tersebut bisa menyamai atau bahkan mengalahkan ekspektasi, Wall Street akan mendapatkan suntikan tenaga yang besar sehingga IHSG bisa ikut terkerek naik.
Beralih ke tanah air, pada tanggal 1 November data Nikkei Manufacturing PMI periode Oktober akan diumumkan. Masih pada awal bulan, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular