Ekonomi AS Diramal Tumbuh Tinggi, Dolar Kian Tak Tersaingi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 October 2018 13:40
Ekonomi AS Diramal Tumbuh Tinggi, Dolar Kian Tak Tersaingi
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) semakin digdaya di Asia. Selain sikap investor yang sedang menghindari risiko, pertumbuhan ekonomi AS yang sepertinya semakin berkilau juga mendorong penguatan greenback. 

Pada Jumat (26/10/2018) pukul 12:56 WIB, mayoritas mata uang Asia tenggelam terseret arus penguatan dolar AS. Hanya yen Jepang yang mampu selamat, menandakan investor sedang bermain aman dan merapat ke aset-aset safe haven. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia: 



Wajar ketika investor masih nyaman bermain aman. Pasalnya, risiko global sedang agak tinggi dan investor tentunya tidak mau 'terbakar'. 

Gambaran ekonomi yang suram di Eropa membuat investor cemas. Mario Draghi, Presiden Bank Sentral Uni Eropa (ECB), menilai ada potensi perlambatan ekonomi seiring beberapa risiko yang menghantui yaitu Brexit, fiskal Italia, dan perang dagang dalam skala global. 


Belum lagi ada risiko memanasnya hubungan AS-Arab Saudi akibat terbunuhnya Jamal Khasshogi, kolumnis Washington Post. Mengutip Reuters, Kejaksaan Agung Arab Saudi mengatakan terbunuhnya Khasshogi adalah hal yang terencana, bukan terjadi secara spontan karena perkelahian seperti yang disebutkan pemerintah Negeri Padang Pasir. 


Sentimen-sentimen ini memayungi pasar keuangan Asia. Hasilnya, investor pun memilih cari selamat masing-masing dan meninggalkan aset-aset berisiko di Benua Kuning. Dolar AS pun kembali jadi favorit. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Namun tidak hanya itu yang membuat investor memilih dolar AS. Malam ini akan ada pengumuman pembacaan pendahuluan (advance reading) pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2018.

Investor berekspektasi ada akan keluar angka yang menawan. Ekspektasi itu bukan tanpa sebab. Mengutip proyeksi GDPNow keluaran The Federal Reserve/The Fed Atlanta, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III-2018 adalah 3,6%. Jika ini terwujud, maka akan menjadi pencapaian terbaik kuartal II-2004 alias 14 tahun yang lalu. 

Pada kuartal II-2018, ekonomi AS tumbuh 2,87%. Itu saja sudah yang terbaik sejak kuartal II-2015 atau 3 tahun yang lalu. 



Ketika ekonomi AS tumbuh kencang, maka The Fed akan menjadi semakin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan. Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan rekan bakal menaikkan Federal Funds Rate pada Desember, dengan probabilitas 70,3% menurut CME Fedwatch. Apabila data ekonomi AS benar-benar koncling, maka probabilitas kenaikan suku bunga niscaya akan semakin tinggi.

Tanpa kenaikan suku bunga, ekonomi AS akan tumbuh tanpa kendali dan menyebabkan tekanan inflasi yang tidak perlu. Permintaan memang perlu direm, dan cara paling ampuh adalah dengan menaikkan suku bunga acuan. 

Walau tujuannya mengendalikan laju permintaan, tetapi kebijakan ini punya efek ikut mengerek imbalan investasi terutama di instrumen berpendapatan tetap. Investasi di AS sudah aman, sekarang imbalannya naik.

Tentu akan semakin menarik hati investor. Akibatnya, permintaan dolar AS akan meningkat dan mata uang ini menjadi semakin kuat.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular