Rupiah Lesu, Dolar AS Balik Lagi ke Rp 15.200

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 October 2018 08:44
Rupiah Lesu, Dolar AS Balik Lagi ke Rp 15.200
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan di perdagangan pasar spot akhir pekan ini. Namun selepas pembukaan, rupiah malah melemah dan greenback kembali ke level Rp 15.200. 

Pada Jumat (26/10/2018), US$ 1 sama dengan Rp 15.185 kala pembukaan pasar spot. Tidak berubah dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Namun rupiah langsung melemah. Pada pukul 08:20 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 15.200 di mana rupiah melemah 0,1%. 

Kemarin, rupiah bergerak bagai drama. Dibuka melemah, dan terus melemah hampir sepanjang hari, rupiah bangkit dan berhasil menguat saat penutupan pasar. Bahkan rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbaik ketiga di Asia. 


Pagi ini, mata uang Asia bernasib sama dengan rupiah yaitu tidak mampu bicara banyak di hadapan dolar AS. Depresiasi paling dalam dialami oleh peso Filipina, baht Thailand, dan dolar Singapura. Sepertinya bukan pagi yang indah bagi mata uang negara-negara ASEAN. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 08:21 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS masih melanjutkan penguatan yang terjadi sejak dini hari tadi. Dollar Index, yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia, menguat 0,03% pada pukul 08:24 WIB. 

Penguatan ini menjadikan Dollar Index naik 0,98% dalam sepekan terakhir. Sejak awal tahun, indeks ini sudah melesat 4,93%. 

 

Penguatan dolar AS hari ini terjadi seiring pengumuman dari Bank Sentral Eropa (ECB). Malam tadi waktu Indonesia, Mario Draghi dan sejawat memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di 0%. Suku bunga acuan akan ditahan setidaknya sampai musim panas (tengah tahun) 2019, bahkan mungkin saja bisa lebih lama jika diperlukan. 

ECB juga mengumumkan dimulainya pengurangan stimulus moneter. Mulai bulan ini, ECB 'hanya' membeli surat-surat berharga senilai EUR 15 miliar. Turun 50% dibandingkan pembelian sebelumnya. 

Kebijakan-kebijakan ini sudah diketahui oleh pelaku pasar sejak Juni lalu. No alarm and no surprises, mengutip Radiohead. 

Namun ada nuansa lain yang tertangkap dari pengumuman ini. Draghi mengatakan Benua Biru menghadapi masalah pelik yang bisa mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi di sana yaitu masalah fiskal Italia, Brexit, dan perang dagang yang efeknya sudah mengglobal. 

"Memang ada sejumlah ketidakpastian. Ada momentum (pertumbuhan ekonomi) yang melemah, tapi tidak ada perlambatan (downturn)," tegas Draghi, mengutip Reuters. 

Menurut Draghi, ketiga risiko tersebut masih bisa diatasi. Namun kerentanan masih akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan sehingga kewaspadaan tidak boleh mengendur. 

Melihat risiko di Eropa, pelaku pasar pun lagi-lagi lebih memilih bermain aman. Tujuannya ke mana lagi kalau bukan dolar AS sehingga mata uang ini menguat secara global, termasuk di Asia. Rupiah pun ikut menjadi korbannya. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular