Dolar AS Kian Diburu, Rupiah Betah Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 October 2018 15:31

Tidak hanya terhadap mata uang utama, dolar AS juga semakin bertaring di Asia. Mayoritas mata uang Asia saat ini melemah di hadapan greenback. Bahkan yen Jepang pun sekarang ikut melemah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 15:12 WIB:
Rupiah juga masih melemah 0,03% pada pukul 15:15 WIB. Posisi rupiah belum berubah dalam beberapa jam terakhir yaitu di Rp 15.200/US$.
Selain faktor eksternal yaitu keperkasaan dolar AS, sentimen domestik juga turut menekan rupiah. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi meningkat sehingga rupiah mengalami tekanan jual.
Investor juga mencemaskan prospek rupiah ke depan karena proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang membengkak. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di kisaran 3-3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ada kemungkinan membengkak dari kuartal sebelumnya yang sebesar 3,04% PDB.
Artinya rupiah semakin tidak punya modal untuk menguat. Pasokan valas dari modal portofolio alias hot money masih cenderung terpusat ke AS, sementara dari ekspor-impor barang dan jasa pun minim mengarah kurang. Masa depan rupiah pun suram.
Bagi investor, terutama asing, ini sangat mengkhawatirkan. Jika rupiah terus melemah, maka hasil investasi mereka akan berkurang kala dikonversikan lagi ke valas. Investor mana yang mau hasil investasinya berkurang?
Faktor eksternal dan domestik masih menjadi beban bagi rupiah. Andai saja masalah defisit transaksi berjalan bisa teratasi, mungkin nasib rupiah lebih baik dibandingkan sekarang. Mungkin...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 15:12 WIB:
Selain faktor eksternal yaitu keperkasaan dolar AS, sentimen domestik juga turut menekan rupiah. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi meningkat sehingga rupiah mengalami tekanan jual.
Investor juga mencemaskan prospek rupiah ke depan karena proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang membengkak. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di kisaran 3-3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ada kemungkinan membengkak dari kuartal sebelumnya yang sebesar 3,04% PDB.
Artinya rupiah semakin tidak punya modal untuk menguat. Pasokan valas dari modal portofolio alias hot money masih cenderung terpusat ke AS, sementara dari ekspor-impor barang dan jasa pun minim mengarah kurang. Masa depan rupiah pun suram.
Bagi investor, terutama asing, ini sangat mengkhawatirkan. Jika rupiah terus melemah, maka hasil investasi mereka akan berkurang kala dikonversikan lagi ke valas. Investor mana yang mau hasil investasinya berkurang?
Faktor eksternal dan domestik masih menjadi beban bagi rupiah. Andai saja masalah defisit transaksi berjalan bisa teratasi, mungkin nasib rupiah lebih baik dibandingkan sekarang. Mungkin...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular