Dolar AS Kian Diburu, Rupiah Betah Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 October 2018 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlahan tapi pasti dolar Amerika Serikat (AS) mulai kembali ke performa terbaiknya. Jelang pelaksaan lelang obligasi pemerintah AS, perburuan terhadap greenback kembali marak.
Pada Kamis (25/10/2018) pukul 14:52 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,07% ke 96,354.
Memang masih merah, tetapi koreksinya semakin menipis. Selain itu, Dollar Index juga masih berada di kisaran 96. Kemarin, Dollar Index sempat menyentuh titik tertinggi sejak Agustus.
Sejak pagi ini Dolar Index terus mengalami koreksi. Wajar saja, sebab penguatannya memang cukup cepat. Setelah koreksi saja Dollar Index masih menguat 0,47% selama sepekan terakhir.
Akan tetapi, Dollar Index mulai menunjukkan kebangkitan di mana koreksinya terus berkurang. Artinya, greenback memang sedang menjadi aset yang sedang dicari mengalahkan mata uang utama lainnya.
Alasan terkuat untuk berburu dolar AS adalah jelang lelang obligasi pemerintah. Sekitar tengah malam ini waktu Indonesia, pemerintahan Presiden Donald Trump akan melelang obligasi tenor 7 tahun dengan target indikatif US$ 31 miliar.
Saat ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih turun. Namun penurunannya semakin landai, dan bahkan untuk tenor 7 dan 10 tahun sudah impas.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 15:04 WIB:
Ini menunjukkan bahwa yield sudah siap lepas landas. Sepertinya investor sedang mencoba melakukan aksi cornering alias memojokkan penerbit alias pemerintah. Caranya adalah melepas obligasi agar yield naik dan harganya turun. Dengan begitu, kupon yang ditawarkan dalam lelang akan naik dan harga obligasi menjadi murah.
Mengantisipasi ramainya lelang, investor pun mulai berburu dolar AS. Ya untuk membeli obligasi AS pasti butuh dolar AS. Makanya kemudian permintaan dolar AS meningkat dan nilainya semakin mahal atau menguat.
Pada Kamis (25/10/2018) pukul 14:52 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,07% ke 96,354.
Memang masih merah, tetapi koreksinya semakin menipis. Selain itu, Dollar Index juga masih berada di kisaran 96. Kemarin, Dollar Index sempat menyentuh titik tertinggi sejak Agustus.
Sejak pagi ini Dolar Index terus mengalami koreksi. Wajar saja, sebab penguatannya memang cukup cepat. Setelah koreksi saja Dollar Index masih menguat 0,47% selama sepekan terakhir.
Akan tetapi, Dollar Index mulai menunjukkan kebangkitan di mana koreksinya terus berkurang. Artinya, greenback memang sedang menjadi aset yang sedang dicari mengalahkan mata uang utama lainnya.
Alasan terkuat untuk berburu dolar AS adalah jelang lelang obligasi pemerintah. Sekitar tengah malam ini waktu Indonesia, pemerintahan Presiden Donald Trump akan melelang obligasi tenor 7 tahun dengan target indikatif US$ 31 miliar.
Saat ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih turun. Namun penurunannya semakin landai, dan bahkan untuk tenor 7 dan 10 tahun sudah impas.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 15:04 WIB:
Ini menunjukkan bahwa yield sudah siap lepas landas. Sepertinya investor sedang mencoba melakukan aksi cornering alias memojokkan penerbit alias pemerintah. Caranya adalah melepas obligasi agar yield naik dan harganya turun. Dengan begitu, kupon yang ditawarkan dalam lelang akan naik dan harga obligasi menjadi murah.
Mengantisipasi ramainya lelang, investor pun mulai berburu dolar AS. Ya untuk membeli obligasi AS pasti butuh dolar AS. Makanya kemudian permintaan dolar AS meningkat dan nilainya semakin mahal atau menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Faktor Domestik Masih Jadi Beban
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular