Mata Uang Asia Mulai Perkasa, Rupiah Masih Ketinggalan Kereta
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 October 2018 11:36

Tidak hanya di hadapan enam mata uang utama, dolar AS juga melemah di Asia. Beberapa mata uang Asia yang pagi tadi sempat melemah kini mulai melawan balik. Penguatan tertajam dialami oleh yen Jepang, disusul oleh baht Thailand dan won Korea Selatan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 11:16 WIB:
Namun sayang sekali rupiah tidak bisa mengikuti. Pada pukul 11:18 WIB, rupiah malah melemah 0,03% sehingga US$ 1 dihargai Rp 15.200.
Faktor domestik sepertinya membebani rupiah. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi meningkat sehingga rupiah mengalami tekanan jual.
Selain itu, investor juga mencemaskan prospek rupiah ke depan karena proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang membengkak. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di kisaran 3-3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ada kemungkinan membengkak dari kuartal sebelumnya yang sebesar 3,04% PDB.
Artinya rupiah semakin tidak punya modal untuk menguat. Pasokan valas dari modal portofolio alias hot money masih cenderung terpusat ke AS, sementara dari ekspor-impor barang dan jasa pun minim mengarah kurang. Masa depan rupiah pun suram.
Bagi investor, terutama asing, ini sangat mengkhawatirkan. Jika rupiah terus melemah, maka hasil investasi mereka akan berkurang kala dikonversikan lagi ke valas. Investor mana yang mau hasil investasinya berkurang?
Oleh karena itu, aset-aset berbasis rupiah masih dihindari. Akibatnya rupiah tidak mampu mengikuti jejak mata uang Asia yang hari ini mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 11:16 WIB:
Faktor domestik sepertinya membebani rupiah. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi meningkat sehingga rupiah mengalami tekanan jual.
Selain itu, investor juga mencemaskan prospek rupiah ke depan karena proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang membengkak. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di kisaran 3-3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ada kemungkinan membengkak dari kuartal sebelumnya yang sebesar 3,04% PDB.
Artinya rupiah semakin tidak punya modal untuk menguat. Pasokan valas dari modal portofolio alias hot money masih cenderung terpusat ke AS, sementara dari ekspor-impor barang dan jasa pun minim mengarah kurang. Masa depan rupiah pun suram.
Bagi investor, terutama asing, ini sangat mengkhawatirkan. Jika rupiah terus melemah, maka hasil investasi mereka akan berkurang kala dikonversikan lagi ke valas. Investor mana yang mau hasil investasinya berkurang?
Oleh karena itu, aset-aset berbasis rupiah masih dihindari. Akibatnya rupiah tidak mampu mengikuti jejak mata uang Asia yang hari ini mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular