
Gara-gara Malaysia, Harga CPO Naik
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2018 15:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) kembali naik setelah terkoreksi dalam 2 hari perdagangan terakhir. Perkembangan di Malaysia menjadi penyebab kenaikan harga komoditas ini.
Pada Senin (22/10/2018), harga CPO tercatat di MYR 2.137/metrik ton. Naik 0,56% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Meski hari ini naik, tetapi tahun ini bukan periode yang indah bagi CPO. Sejak awal tahun, harga CPO amblas 13,55%.
Kenaikan harga CPO juga didorong oleh pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia. Saat ringgit melemah, harga CPO yang dibanderol dalam mata uang ini menjadi murah. Akibatnya permintaan pun meningkat sehingga harga terdongkrak.
Pada pukul 15:03 WIB, US$ 1 dihargai MYR 4,156 di pasar spot. Sama seperti posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu, tetapi menjadi titik terlemah ringgi sejak November 2017.
Selain depresiasi ringgit, ekspor CPO Malaysia yang turun juga membuat harga terdorong ke atas. Mengutip Reuters, AmSpec Agri mencatat ekspor CPO Malaysia pada 1-20 Oktober adalah 1,05 juta ton. Turun 15,3% dibandingkan 1-20 September. Penurunan ekspor Malaysia menandakan pasokan CPO di pasar global berpotensi seret sehingga direspons dengan kenaikan harga.
Malaysia adalah produsen CPO terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Tahun lalu, produksi CPO Malaysia adalah 21 juta metrik ton dan Indonesia mencapai 36 juta metrik ton.
Namun pasar CPO dunia tetap merujuk ke Malaysia, karena Negeri Jiran memang menjadi pusat pasar perdagangannya. Oleh karena itu, apa yang terjadi di Malaysia menjadi faktor penting yang mempengaruhi harga CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jokowi Mau RI Setop Ekspor CPO, tapi Hilirisasi Masih Lamban
Pada Senin (22/10/2018), harga CPO tercatat di MYR 2.137/metrik ton. Naik 0,56% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Meski hari ini naik, tetapi tahun ini bukan periode yang indah bagi CPO. Sejak awal tahun, harga CPO amblas 13,55%.
Kenaikan harga CPO juga didorong oleh pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia. Saat ringgit melemah, harga CPO yang dibanderol dalam mata uang ini menjadi murah. Akibatnya permintaan pun meningkat sehingga harga terdongkrak.
Pada pukul 15:03 WIB, US$ 1 dihargai MYR 4,156 di pasar spot. Sama seperti posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu, tetapi menjadi titik terlemah ringgi sejak November 2017.
Selain depresiasi ringgit, ekspor CPO Malaysia yang turun juga membuat harga terdorong ke atas. Mengutip Reuters, AmSpec Agri mencatat ekspor CPO Malaysia pada 1-20 Oktober adalah 1,05 juta ton. Turun 15,3% dibandingkan 1-20 September. Penurunan ekspor Malaysia menandakan pasokan CPO di pasar global berpotensi seret sehingga direspons dengan kenaikan harga.
Malaysia adalah produsen CPO terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Tahun lalu, produksi CPO Malaysia adalah 21 juta metrik ton dan Indonesia mencapai 36 juta metrik ton.
Namun pasar CPO dunia tetap merujuk ke Malaysia, karena Negeri Jiran memang menjadi pusat pasar perdagangannya. Oleh karena itu, apa yang terjadi di Malaysia menjadi faktor penting yang mempengaruhi harga CPO.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jokowi Mau RI Setop Ekspor CPO, tapi Hilirisasi Masih Lamban
Most Popular