
Dihantui 2 Risiko Utama, IHSG Dibuka Naik Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 October 2018 09:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas terkoreksi 2 hari berturut-turut pada 2 perdagangan terakhir di pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan menguat tipis 0,07% ke level 5.841,42.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,7%, indeks Kospi turun 0,61%, indeks Strait Times turun 0,17%.
Sejatinya, perdagangan hari ini dihantui 2 risiko utama. Pertama, perkembangan dari kasus tewasnya jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi. Pemerintah Arab Saudi sudah menyatakan bahwa jurnalis Khashoggi tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki) akibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15.
Namun, Presiden AS Donald Trump tidak percaya begitu saja. Menurutnya Riyadh masih memiliki hal yang ditutupi. "Jelas ada dusta, ada kebohongan," tegas Trump.
Sejauh ini, memang belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, jika terkonfirmasi nantinya bahwa Khashoggi justru disiksa dan dimutilasi seperti yang dilaporkan The New York Times, Trump bisa dipaksa bersikap luar biasa tegas dengan sekutunya tersebut.
Risiko kedua yang menghantui bursa saham Indonesia adalah dimulainya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini. Walaupun konsensus menunjukkan bahwa bank sentral masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,75%, potensi kenaikan lebih lanjut tentu masih ada, mengingat rupiah belum sepenuhnya bebas dari tekanan.
Terlebih, pada tahun ini kita sudah melihat BI membuat kejutan ketika menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada Juni 2018. Kala itu, konsensus memperkirakan kenaikan suku bunga acuan hanya sebesar 25bps.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas perbankan bisa menjadi taruhannya. Pada hari Jumat lalu (19/10/2018), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengumumkan kinerja keuangan yang tak menggembirakan. Sepanjang kuartal-III 2018, BBNI membukukan net interest margin/NIM sebesar Rp 8,6 triliun, di bawah konsensus yang dihimpun Reuters sebesar Rp 9,3 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 4 triliun, di bawah estimasi yang sebesar Rp 4,4 triliun.
Pada hari Jumat, harga saham BBNI melemah 0,35%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,7%, indeks Kospi turun 0,61%, indeks Strait Times turun 0,17%.
Sejatinya, perdagangan hari ini dihantui 2 risiko utama. Pertama, perkembangan dari kasus tewasnya jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi. Pemerintah Arab Saudi sudah menyatakan bahwa jurnalis Khashoggi tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki) akibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15.
Sejauh ini, memang belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, jika terkonfirmasi nantinya bahwa Khashoggi justru disiksa dan dimutilasi seperti yang dilaporkan The New York Times, Trump bisa dipaksa bersikap luar biasa tegas dengan sekutunya tersebut.
Risiko kedua yang menghantui bursa saham Indonesia adalah dimulainya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini. Walaupun konsensus menunjukkan bahwa bank sentral masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,75%, potensi kenaikan lebih lanjut tentu masih ada, mengingat rupiah belum sepenuhnya bebas dari tekanan.
Terlebih, pada tahun ini kita sudah melihat BI membuat kejutan ketika menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada Juni 2018. Kala itu, konsensus memperkirakan kenaikan suku bunga acuan hanya sebesar 25bps.
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, tentu profitabilitas perbankan bisa menjadi taruhannya. Pada hari Jumat lalu (19/10/2018), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengumumkan kinerja keuangan yang tak menggembirakan. Sepanjang kuartal-III 2018, BBNI membukukan net interest margin/NIM sebesar Rp 8,6 triliun, di bawah konsensus yang dihimpun Reuters sebesar Rp 9,3 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 4 triliun, di bawah estimasi yang sebesar Rp 4,4 triliun.
Pada hari Jumat, harga saham BBNI melemah 0,35%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular