
Internasional
Malaysia Pangkas Target Pertumbuhan PDB, Ringgit Anjlok
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
19 October 2018 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Malaysia, ringgit, jatuh ke level terendah dalam hampir setahun, Jumat (19/10/2018), setelah pemerintah negara itu memangkas target pertumbuhan ekonominya dan membatalkan rencana untuk menyeimbangkan anggaran negara pada 2020.
Nilai tukar ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat melemah 0,1% menjadi 4,1615, terendah sejak November. Pukul 15.28 WIB, pelemahan ringgit berkurang menjadi 0,05% ke 4,157 per dolar, menurut data Thomson Reuters.
Pemerintah mengharapkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencapai rata-rata 4,5%-5,5% pada 2018 hingga 2020, dibandingkan dengan target sebelumnya 5%-6% ,kata Perdana Menteri Mahathir Mohamad dalam pembahasan Rencana Malaysia ke-11 hari Kamis.
Sekarang, defisit anggaran diperkirakan melebar menjadi 3% PDB dibandingkan dengan rencana awal untuk menyeimbangkan anggaran dalam dua tahun.
Fokus investor akan tertuju pada Anggaran 2019 yang diresmikan pada awal November karena mereka melihat apakah pemerintah tetap pada jalur konsolidasi fiskal. dikutip dari The Star.
Ringgit berada di antara mata uang Asia yang undervalued, yang membantu menjelaskan mengapa mata uang itu lebih tahan di tengah aksi jual mata uang regional, menurut catatan riset Bank of America Merrill Lynch.
(prm) Next Article Kursi PM Malaysia Jadi Rebutan, Ringgit yang Perkasa Tumbang
Nilai tukar ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat melemah 0,1% menjadi 4,1615, terendah sejak November. Pukul 15.28 WIB, pelemahan ringgit berkurang menjadi 0,05% ke 4,157 per dolar, menurut data Thomson Reuters.
Pemerintah mengharapkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencapai rata-rata 4,5%-5,5% pada 2018 hingga 2020, dibandingkan dengan target sebelumnya 5%-6% ,kata Perdana Menteri Mahathir Mohamad dalam pembahasan Rencana Malaysia ke-11 hari Kamis.
Fokus investor akan tertuju pada Anggaran 2019 yang diresmikan pada awal November karena mereka melihat apakah pemerintah tetap pada jalur konsolidasi fiskal. dikutip dari The Star.
Ringgit berada di antara mata uang Asia yang undervalued, yang membantu menjelaskan mengapa mata uang itu lebih tahan di tengah aksi jual mata uang regional, menurut catatan riset Bank of America Merrill Lynch.
(prm) Next Article Kursi PM Malaysia Jadi Rebutan, Ringgit yang Perkasa Tumbang
Most Popular