
Ketularan Koreksi Harga Minyak, Harga CPO Anjlok Lagi
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 October 2018 14:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,71% ke level MYR 2.223/ton pada perdagangan hari ini Jumat (19/10/2018) hingga pukul 13.49 WIB.
Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini kini sudah melemah secara 2 hari berturut-turut. Faktor yang menjadi pemberat harga CPO hari ini masih datang dari koreksi harga minyak dunia dan minyak kedelai pada perdagangan overnight.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak jenis Brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi hingga 0,95%, sementara harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) anjlok hingga 1,58%.
Sentimen negatif yang membayangi harga sang emas hitam kemarin datang dari melambungnya cadangan minyak mentah di Negeri Paman Sam. Mengutip data resmi dari US Energy Information Administration (EIA), cadangan minyak mentah AS naik 6,5 juta barel pada pekan lalu, hampir tiga kali lipat lebih besar dari ekspektasi pasar. Peningkatan ini juga menjadi kenaikan selama 4 pekan berturut-turut.
Selain itu, pengilangan minyak di AS sedang memasuki musim pemeliharaan, di mana sejumlah pabrik tidak beroperasi untuk 4-6 pekan, sehingga turut membebani permintaan minyak mentah sekaligus harganya.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.
Kemudian, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) juga amblas nyaris 2% pada perdagangan overnight. Penurunan harian itu menjadi yang terparah dalam 3 bulan terakhir. Harga komoditas agrikultur unggulan AS ini juga sudah melemah 3 hari berturut-turut.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi
Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini kini sudah melemah secara 2 hari berturut-turut. Faktor yang menjadi pemberat harga CPO hari ini masih datang dari koreksi harga minyak dunia dan minyak kedelai pada perdagangan overnight.
Sentimen negatif yang membayangi harga sang emas hitam kemarin datang dari melambungnya cadangan minyak mentah di Negeri Paman Sam. Mengutip data resmi dari US Energy Information Administration (EIA), cadangan minyak mentah AS naik 6,5 juta barel pada pekan lalu, hampir tiga kali lipat lebih besar dari ekspektasi pasar. Peningkatan ini juga menjadi kenaikan selama 4 pekan berturut-turut.
Selain itu, pengilangan minyak di AS sedang memasuki musim pemeliharaan, di mana sejumlah pabrik tidak beroperasi untuk 4-6 pekan, sehingga turut membebani permintaan minyak mentah sekaligus harganya.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.
Kemudian, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) juga amblas nyaris 2% pada perdagangan overnight. Penurunan harian itu menjadi yang terparah dalam 3 bulan terakhir. Harga komoditas agrikultur unggulan AS ini juga sudah melemah 3 hari berturut-turut.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi
Most Popular