
Harga Minyak Anjlok Tinggalkan Level US$ 80/barel, Ada Apa?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 October 2018 11:20

Meski demikian, perkembangan tensi AS-Saudi, masih menyokong pergerakan minyak hari ini. Seperti diketahui, Jamal Khashoggi, salah seorang wartawan terkemuka asal Saudi yang tinggal di AS dan kerapkali menyampaikan kritik bagi pemerintahan Saudi, menghilang pada 2 Oktober 2018 lalu. Ia diduga dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Meski belum ada pengumuman resmi, Presiden AS Donald Trump menganggap Khasoggi sudah tewas. Khasoggi terakhir kali terlihat di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki). "Sepertinya begitu (Khasoggi sudah tewas). Ini sangat menyedihkan," kata Trump, dikutip dari Reuters.
Namun Trump masih ingin menunggu kejelasan dari kasus ini. Trump telah mengutus Menteri Luar Negeri Mike Pompeo ke Riyadh dan Istanbul untuk 'mengawal' kasus hilangnya Khasoggi, yang merupakan warga negara AS.
"Masih sedikit terlalu awal untuk menyimpulkan. Saya akan menunggu hasil (investigasi) sehingga kita semua akan bisa mengungkapnya segera," lanjut Trump.
Akan tetapi, bila Arab Saudi terbukti terlibat dan melakukan pembunuhan terhadap Khasoggi, maka Trump akan sangat marah. Bukan tidak mungkin konsekuensinya akan sangat berat bagi Negeri Padang Pasir.
"Well, itu (konsekuensi) harus sangat berat karena ini hal yang buruk, sangat buruk. Namun kita lihat apa yang terjadi nanti," ujarnya.
Sebelumnya, New York Times mengabarkan Khasoggi dibunuh dan dimutilasi di sana, meski belum ada hasil investigasi resmi dari aparat gabungan Turki-Arab Saudi. Yeni Safak, surat kabar terkemuka di Turki, juga melaporkan hal serupa. Khasoggi disiksa saat interogasi, dipotong jarinya, kemudian dipenggal dan dimutilasi.
Ketegangan ini membuat Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin membatalkan rencana kunjungan ke Arab Saudi untuk menghadiri sebuah konferensi. Sebenarnya tidak hanya Mnuchin, Bruno Le Maire (Menteri Keuangan Prancis) dan Liam Fox (Menteri Perdagangan Inggris) juga urung hadir karena kasus Khasoggi. Menteri Keuangan Belanda Wopka Hoekstra juga membatalkan kunjungan ke Arab Saudi bulan depan dengan alasan serupa.
Investor pun cemas sanksi AS dan negara-negara barat akan menyangkut hal yang paling mendasar yaitu blokade ekspor minyak. Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dengan produksi bisa mencapai 12,08 juta barel/hari.
Potensi ini bisa hilang atau minimal berkurang bila Arab Saudi sampai terkena sanksi blokade, seperti yang akan dijatuhkan AS kepada Iran pada 4 November mendatang.
Atau ketika tensinya makin panas, Arab Saudi tidak akan lagi menjadi sekutu loyal AS. Padahal, Trump sudah lama mengkritik harga minyak yang dinilainya terlampau tinggi. Dia mendesak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk bertindak menurunkan harga. Caranya adalah dengan meningkatkan volume produksi demi menutupi disrupsi pasokan dari Teheran. Arab Saudi, yang merupakan pemimpin OPEC secara de facto, bisa saja tidak mau menuruti keinginan Washington tersebut, dan membiarkan harga minyak melambung. Risiko berkurangnya pasokan dari Arab Saudi (dan Iran) tersebut lantas mendukung penguatan harga minyak hari ini.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Meski belum ada pengumuman resmi, Presiden AS Donald Trump menganggap Khasoggi sudah tewas. Khasoggi terakhir kali terlihat di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki). "Sepertinya begitu (Khasoggi sudah tewas). Ini sangat menyedihkan," kata Trump, dikutip dari Reuters.
Namun Trump masih ingin menunggu kejelasan dari kasus ini. Trump telah mengutus Menteri Luar Negeri Mike Pompeo ke Riyadh dan Istanbul untuk 'mengawal' kasus hilangnya Khasoggi, yang merupakan warga negara AS.
Akan tetapi, bila Arab Saudi terbukti terlibat dan melakukan pembunuhan terhadap Khasoggi, maka Trump akan sangat marah. Bukan tidak mungkin konsekuensinya akan sangat berat bagi Negeri Padang Pasir.
"Well, itu (konsekuensi) harus sangat berat karena ini hal yang buruk, sangat buruk. Namun kita lihat apa yang terjadi nanti," ujarnya.
Sebelumnya, New York Times mengabarkan Khasoggi dibunuh dan dimutilasi di sana, meski belum ada hasil investigasi resmi dari aparat gabungan Turki-Arab Saudi. Yeni Safak, surat kabar terkemuka di Turki, juga melaporkan hal serupa. Khasoggi disiksa saat interogasi, dipotong jarinya, kemudian dipenggal dan dimutilasi.
Ketegangan ini membuat Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin membatalkan rencana kunjungan ke Arab Saudi untuk menghadiri sebuah konferensi. Sebenarnya tidak hanya Mnuchin, Bruno Le Maire (Menteri Keuangan Prancis) dan Liam Fox (Menteri Perdagangan Inggris) juga urung hadir karena kasus Khasoggi. Menteri Keuangan Belanda Wopka Hoekstra juga membatalkan kunjungan ke Arab Saudi bulan depan dengan alasan serupa.
Investor pun cemas sanksi AS dan negara-negara barat akan menyangkut hal yang paling mendasar yaitu blokade ekspor minyak. Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dengan produksi bisa mencapai 12,08 juta barel/hari.
Potensi ini bisa hilang atau minimal berkurang bila Arab Saudi sampai terkena sanksi blokade, seperti yang akan dijatuhkan AS kepada Iran pada 4 November mendatang.
Atau ketika tensinya makin panas, Arab Saudi tidak akan lagi menjadi sekutu loyal AS. Padahal, Trump sudah lama mengkritik harga minyak yang dinilainya terlampau tinggi. Dia mendesak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk bertindak menurunkan harga. Caranya adalah dengan meningkatkan volume produksi demi menutupi disrupsi pasokan dari Teheran. Arab Saudi, yang merupakan pemimpin OPEC secara de facto, bisa saja tidak mau menuruti keinginan Washington tersebut, dan membiarkan harga minyak melambung. Risiko berkurangnya pasokan dari Arab Saudi (dan Iran) tersebut lantas mendukung penguatan harga minyak hari ini.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular