Dibuka Menguat, Rupiah Jadi Terlemah Keempat di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 October 2018 12:36

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat terhadap mata uang utama dunia. Pada pukul 12:07 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,08%. Penguatan Dollar Index mulai stabil setelah sempat mengalami koreksi sejak dini hari tadi.
Berbagai sentimen mendukung penguatan dolar AS. Investor sepertinya mulai khawatir dengan perkembangan politik di Timur Tengah, utamanya hubungan AS-Arab Saudi yang menegang akibat hilangnya Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post, di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki).
"Bapak Presiden telah menginstruksikan adanya penyelidikan dan investigasi terbuka atas hilangnya wartawan Washington Post Jamal Khashoggi," kata Heather Nauert, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari Reuters. Mendapat perintah dari Presiden Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan bertolak ke Riyadh.
Sementara Raja Salman dari Arab Saudi juga memerintahkan penyelidikan internal atas menghilangnya Khasoggi. Arab Saudi juga bekerja sama dengan Turki.
Sebelumnya, kepolisan Turki menyebut memiliki rekaman audio bahwa Khasoggi terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Oleh karena itu, seorang sumber menyebutkan Riyadh sedang menyiapkan laporan yang berisi Khasoggi tewas karena proses interogasi yang salah di kantor konsulat.
Bila Khasoggi benar terbunuh di konsulat, maka Arab Saudi sepertinya harus bersiap menghadapi murka AS. Hubungan keduanya akan memburuk dan bukan tidak mungkin Arab Saudi akan dikenakan sanksi seperti Iran, yaitu dilarang mengekspor minyak.
Kalau sampai pasokan minyak Arab Saudi tidak bisa masuk ke pasar global, namanya celaka dua belas. Sebab Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan produksi mencapai 12,08 juta barel/hari atau 13% dari total produksi global. Bayangkan kalau pasokan sebesar itu hilang.
Tidak hanya di Timur Tengah, ketidakpastian juga datang dari Eropa. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) masih menghadapi jalan berliku, dan Italia sudah mengesahkan anggaran negara 2019 yang tidak mendapat restu Uni Eropa.
Berbagai sentimen ini membuat investor ogah mengambil risiko, lebih baik bermain aman. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah dolar AS, karena selain aman juga menjanjikan cuan dengan tren kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Berbagai sentimen mendukung penguatan dolar AS. Investor sepertinya mulai khawatir dengan perkembangan politik di Timur Tengah, utamanya hubungan AS-Arab Saudi yang menegang akibat hilangnya Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post, di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki).
"Bapak Presiden telah menginstruksikan adanya penyelidikan dan investigasi terbuka atas hilangnya wartawan Washington Post Jamal Khashoggi," kata Heather Nauert, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari Reuters. Mendapat perintah dari Presiden Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan bertolak ke Riyadh.
Sebelumnya, kepolisan Turki menyebut memiliki rekaman audio bahwa Khasoggi terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Oleh karena itu, seorang sumber menyebutkan Riyadh sedang menyiapkan laporan yang berisi Khasoggi tewas karena proses interogasi yang salah di kantor konsulat.
Bila Khasoggi benar terbunuh di konsulat, maka Arab Saudi sepertinya harus bersiap menghadapi murka AS. Hubungan keduanya akan memburuk dan bukan tidak mungkin Arab Saudi akan dikenakan sanksi seperti Iran, yaitu dilarang mengekspor minyak.
Kalau sampai pasokan minyak Arab Saudi tidak bisa masuk ke pasar global, namanya celaka dua belas. Sebab Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan produksi mencapai 12,08 juta barel/hari atau 13% dari total produksi global. Bayangkan kalau pasokan sebesar itu hilang.
Tidak hanya di Timur Tengah, ketidakpastian juga datang dari Eropa. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) masih menghadapi jalan berliku, dan Italia sudah mengesahkan anggaran negara 2019 yang tidak mendapat restu Uni Eropa.
Berbagai sentimen ini membuat investor ogah mengambil risiko, lebih baik bermain aman. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah dolar AS, karena selain aman juga menjanjikan cuan dengan tren kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular