Dibuka Menguat, Rupiah Jadi Terlemah Keempat di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 October 2018 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus melemah. Rupiah yang dibuka menguat terasa begitu jauh di belakang.
Pada Selasa (16/10/2018) pukul 11:59 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 15.220 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Padahal rupiah dibuka menguat 0,13% dan dolar AS berada di bawah level Rp 15.200. Namun penguatan itu tidak lama, karena dolar AS yang awalnya melemah kembali garang.
Posisi terkuat rupiah hingga tengah hari ini adalah Rp 15.170/US$ sementara terkuatnya ada di Rp 15.225/US$. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:02 WIB:
Tidak hanya di hadapan rupiah, dolar AS juga digdaya terhadap mayoritas mata uang utama Asia. Hanya won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.
Dengan depresiasi 0,13%, rupiah jadi mata uang terlemah keempat di Asia. Posisi rupiah hanya lebih baik dari yen Jepang, rupee India, dan yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:05 WIB:
Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat terhadap mata uang utama dunia. Pada pukul 12:07 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,08%. Penguatan Dollar Index mulai stabil setelah sempat mengalami koreksi sejak dini hari tadi.
Berbagai sentimen mendukung penguatan dolar AS. Investor sepertinya mulai khawatir dengan perkembangan politik di Timur Tengah, utamanya hubungan AS-Arab Saudi yang menegang akibat hilangnya Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post, di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki).
"Bapak Presiden telah menginstruksikan adanya penyelidikan dan investigasi terbuka atas hilangnya wartawan Washington Post Jamal Khashoggi," kata Heather Nauert, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari Reuters. Mendapat perintah dari Presiden Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan bertolak ke Riyadh.
Sementara Raja Salman dari Arab Saudi juga memerintahkan penyelidikan internal atas menghilangnya Khasoggi. Arab Saudi juga bekerja sama dengan Turki.
Sebelumnya, kepolisan Turki menyebut memiliki rekaman audio bahwa Khasoggi terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Oleh karena itu, seorang sumber menyebutkan Riyadh sedang menyiapkan laporan yang berisi Khasoggi tewas karena proses interogasi yang salah di kantor konsulat.
Bila Khasoggi benar terbunuh di konsulat, maka Arab Saudi sepertinya harus bersiap menghadapi murka AS. Hubungan keduanya akan memburuk dan bukan tidak mungkin Arab Saudi akan dikenakan sanksi seperti Iran, yaitu dilarang mengekspor minyak.
Kalau sampai pasokan minyak Arab Saudi tidak bisa masuk ke pasar global, namanya celaka dua belas. Sebab Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan produksi mencapai 12,08 juta barel/hari atau 13% dari total produksi global. Bayangkan kalau pasokan sebesar itu hilang.
Tidak hanya di Timur Tengah, ketidakpastian juga datang dari Eropa. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) masih menghadapi jalan berliku, dan Italia sudah mengesahkan anggaran negara 2019 yang tidak mendapat restu Uni Eropa.
Berbagai sentimen ini membuat investor ogah mengambil risiko, lebih baik bermain aman. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah dolar AS, karena selain aman juga menjanjikan cuan dengan tren kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Selasa (16/10/2018) pukul 11:59 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 15.220 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Padahal rupiah dibuka menguat 0,13% dan dolar AS berada di bawah level Rp 15.200. Namun penguatan itu tidak lama, karena dolar AS yang awalnya melemah kembali garang.
Tidak hanya di hadapan rupiah, dolar AS juga digdaya terhadap mayoritas mata uang utama Asia. Hanya won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.
Dengan depresiasi 0,13%, rupiah jadi mata uang terlemah keempat di Asia. Posisi rupiah hanya lebih baik dari yen Jepang, rupee India, dan yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:05 WIB:
Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat terhadap mata uang utama dunia. Pada pukul 12:07 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,08%. Penguatan Dollar Index mulai stabil setelah sempat mengalami koreksi sejak dini hari tadi.
Berbagai sentimen mendukung penguatan dolar AS. Investor sepertinya mulai khawatir dengan perkembangan politik di Timur Tengah, utamanya hubungan AS-Arab Saudi yang menegang akibat hilangnya Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post, di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki).
"Bapak Presiden telah menginstruksikan adanya penyelidikan dan investigasi terbuka atas hilangnya wartawan Washington Post Jamal Khashoggi," kata Heather Nauert, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari Reuters. Mendapat perintah dari Presiden Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan bertolak ke Riyadh.
Sementara Raja Salman dari Arab Saudi juga memerintahkan penyelidikan internal atas menghilangnya Khasoggi. Arab Saudi juga bekerja sama dengan Turki.
Sebelumnya, kepolisan Turki menyebut memiliki rekaman audio bahwa Khasoggi terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Oleh karena itu, seorang sumber menyebutkan Riyadh sedang menyiapkan laporan yang berisi Khasoggi tewas karena proses interogasi yang salah di kantor konsulat.
Bila Khasoggi benar terbunuh di konsulat, maka Arab Saudi sepertinya harus bersiap menghadapi murka AS. Hubungan keduanya akan memburuk dan bukan tidak mungkin Arab Saudi akan dikenakan sanksi seperti Iran, yaitu dilarang mengekspor minyak.
Kalau sampai pasokan minyak Arab Saudi tidak bisa masuk ke pasar global, namanya celaka dua belas. Sebab Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan produksi mencapai 12,08 juta barel/hari atau 13% dari total produksi global. Bayangkan kalau pasokan sebesar itu hilang.
Tidak hanya di Timur Tengah, ketidakpastian juga datang dari Eropa. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) masih menghadapi jalan berliku, dan Italia sudah mengesahkan anggaran negara 2019 yang tidak mendapat restu Uni Eropa.
Berbagai sentimen ini membuat investor ogah mengambil risiko, lebih baik bermain aman. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah dolar AS, karena selain aman juga menjanjikan cuan dengan tren kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular