
BI: Rupiah Bergerak di Rp 14.800-Rp 15.200/US$ Pada 2019
Ranny Virgina Utami & Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
15 October 2018 16:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan asumsi nilai tukar rupiah di RUU APBN 2019 akan direvisi. Hal ini berhubungan dengan kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar secara global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ketidakpastian ekonomi keuangan global akan berlanjut tetapi ke arah positif dari saat ini.
Berikut penjelasan Perry Warjiyo di Gedung DPR, Senin (15/10/2018).
Pertama, dari pembahasan yang diikuti bersama Menteri Keuangan, bagaimana normalisasi arah kebijakan moneter di negara maju, akan berlangsung gradual.
"Kami melihat kenaikan suku bunga tahun depan masih akan terjadi naik dua sampai tiga kali dibandingkan tahun ini yang kemungkinan naik empat kali," kata Perry.
"Kami juga mendengar di Eropa, paruh kedua tahun depan ada kemungkinan normalisasi atau pengetatan kebijakan moneter. Sehingga akan mengimbangi penguatan dolar. Tahun depan euro ada kecenderungan mengimbangi dolar."
Kedua, kelanjutan perang dagang. Perry mengatakan sudah ada kelanjutan perundingan perdagangan antara AS-Kanada, AS-Korsel.
"Ada progres positif dibandingkan September. Demikian juga dengan AS-Tiongkok masih berlanjut perundingan. Ada spirit keinginan pendekatan lebih konstruktif, adil dan sama sama menguntungkan," tutur Perry.
Ketiga, koordinatsi BI terus dilakukan dengan berbagai instansi terkait untuk menurunkan dan menstabilisasi nilai tukar, mendorong pasar valas di dalam negeri.
"Berdasarkan itu, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar Rp 14.800-15.200/US$," tutur Perry.
Adapun untuk asumsi nilai tukar rupiah di RUU APBN 2019 direvisi dari Rp 14.500/US$ menjadi Rp 15.000/US$.
"Berdasarkan usulan dari Pak Gubernur BI mengenai range nilai tukar, kami usulkan kami pakai nilai tengah di angka Rp 15.000/US$ untuk nilai tukar 2019," kata Menkeu Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Gubernur BI Yakin Ekonomi RI Tangguh, Ini Buktinya!
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ketidakpastian ekonomi keuangan global akan berlanjut tetapi ke arah positif dari saat ini.
Berikut penjelasan Perry Warjiyo di Gedung DPR, Senin (15/10/2018).
![]() |
Pertama, dari pembahasan yang diikuti bersama Menteri Keuangan, bagaimana normalisasi arah kebijakan moneter di negara maju, akan berlangsung gradual.
"Kami juga mendengar di Eropa, paruh kedua tahun depan ada kemungkinan normalisasi atau pengetatan kebijakan moneter. Sehingga akan mengimbangi penguatan dolar. Tahun depan euro ada kecenderungan mengimbangi dolar."
Kedua, kelanjutan perang dagang. Perry mengatakan sudah ada kelanjutan perundingan perdagangan antara AS-Kanada, AS-Korsel.
"Ada progres positif dibandingkan September. Demikian juga dengan AS-Tiongkok masih berlanjut perundingan. Ada spirit keinginan pendekatan lebih konstruktif, adil dan sama sama menguntungkan," tutur Perry.
Ketiga, koordinatsi BI terus dilakukan dengan berbagai instansi terkait untuk menurunkan dan menstabilisasi nilai tukar, mendorong pasar valas di dalam negeri.
"Berdasarkan itu, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar Rp 14.800-15.200/US$," tutur Perry.
Adapun untuk asumsi nilai tukar rupiah di RUU APBN 2019 direvisi dari Rp 14.500/US$ menjadi Rp 15.000/US$.
"Berdasarkan usulan dari Pak Gubernur BI mengenai range nilai tukar, kami usulkan kami pakai nilai tengah di angka Rp 15.000/US$ untuk nilai tukar 2019," kata Menkeu Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Gubernur BI Yakin Ekonomi RI Tangguh, Ini Buktinya!
Most Popular