
Asumsi Nilai Tukar Rupiah Direvisi dalam RUU APBN 2019
Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
15 October 2018 16:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan asumsi nilai tukar rupiah di 2019 akan direvisi. Hal ini berhubungan dengan kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar secara global.
Demikian disampaikan Menkeu saat mengadakan rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Senin (15/10/2018).
"Banyak perkembangan yang terjadi. Dengan pertemuan yang terjadi di Bali kita mendapat sesuatu untuk menakar asumsi asumsi untuk direview kembali," kata Sri Mulyani.
Ia menyampaikan, perkembangan nilai tukar rupiah cukup dinamis dan pemerintah telah. berdiskusi dengan Bank Indonesia (BI).
"Dengan kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar, pengetatan likuiditas, menimbulkan dampak dinamika perekonomian global. Serta risiko perang dagang. Situasi ini mengharuskan pemerintah bersama DPR harus hati-hati dalam menetapkan RUU APBN 2019," tutur Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Tahun Depan, Sri Mulyani Sebut Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$
Demikian disampaikan Menkeu saat mengadakan rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Senin (15/10/2018).
"Banyak perkembangan yang terjadi. Dengan pertemuan yang terjadi di Bali kita mendapat sesuatu untuk menakar asumsi asumsi untuk direview kembali," kata Sri Mulyani.
![]() |
Ia menyampaikan, perkembangan nilai tukar rupiah cukup dinamis dan pemerintah telah. berdiskusi dengan Bank Indonesia (BI).
"Dengan kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar, pengetatan likuiditas, menimbulkan dampak dinamika perekonomian global. Serta risiko perang dagang. Situasi ini mengharuskan pemerintah bersama DPR harus hati-hati dalam menetapkan RUU APBN 2019," tutur Sri Mulyani.
Gubernur BI Perry Warjiyo di tempat yang sama mengatakan sejak mengadakan rapat pendahuluan awal September lalu, terkait nilai tukar terdapat perkembangan.
"Pertumbuhan inflasi tidak banyak mengalami perubahan. Pada waktu itu, pergerakan nilai tukar 2019 kami sampaikan Rp 14.300 - Rp 14.700/US$," kata Perry.
September 2018, menurut Perry sampai saat ini dinamika yangg terjadi di global maupun dalam negeri begitu cepatnya.
Terjadi pelemahan nilai tukar, berimbas pada bagaimana aliran modal asing ke negara emerging market termasuk Indonesia.
"Sejak kita pembahasan sebelumnya, dalam beberapa waktu terakhir muncul ketegangan perdagangan khususnya as dan Tiongkok, ini menimbulkan tekanan kondisi global. Di dalam negeri, ada indikasi kenaikan impor cukup tinggi, sehingga pada Agustus terjadi defisit neraca perdagangan mendekati US$ 1 miliar. Meskipun saat ini September sudah surplus," tuturnya.
"Pertumbuhan inflasi tidak banyak mengalami perubahan. Pada waktu itu, pergerakan nilai tukar 2019 kami sampaikan Rp 14.300 - Rp 14.700/US$," kata Perry.
September 2018, menurut Perry sampai saat ini dinamika yangg terjadi di global maupun dalam negeri begitu cepatnya.
Terjadi pelemahan nilai tukar, berimbas pada bagaimana aliran modal asing ke negara emerging market termasuk Indonesia.
"Sejak kita pembahasan sebelumnya, dalam beberapa waktu terakhir muncul ketegangan perdagangan khususnya as dan Tiongkok, ini menimbulkan tekanan kondisi global. Di dalam negeri, ada indikasi kenaikan impor cukup tinggi, sehingga pada Agustus terjadi defisit neraca perdagangan mendekati US$ 1 miliar. Meskipun saat ini September sudah surplus," tuturnya.
(dru/dru) Next Article Tahun Depan, Sri Mulyani Sebut Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$
Most Popular