Neraca Dagang RI Surplus, Tapi Investor Lebih Sayang Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2018 12:22
Jalan Penguatan Dolar AS Terbuka Lebar
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Pada pukul 11:58 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,1%. Dolar AS memang sedang perkasa, apa boleh buat. 

Dolar AS mendapat kekuatan karena mandeknya perundingan perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Brussel tetap keukeuh ingin mempertahankan Republik Irlandia dan Irlandia Utara sebagai wilayah kepabeanan Uni Eropa. Sementara London tidak ingin ada perbedaan perlakuan kepabeanan di dua wilayah tersebut. 

Jika tidak ada kesepakatan, maka risiko untuk terjadinya No Deal Brexit semakin besar. Inggris tidak akan mendapat apa-apa dari perceraian ini, bahkan terbeban karena tidak lagi bisa bebas berdagang dengan kompatriotnya di Eropa Daratan.  

Padahal Uni Eropa adalah mitra utama perdagangan Negeri Big Ben. Pada 2016, ekspor Inggris ke Uni Eropa mencapai 48% dari total ekspor mereka. No Deal Brexit bisa menghilangkan potensi ini. 

Ekspor yang berpeluang melambat membuat prospek ekonomi Inggris suram. Akibatnya, poundsterling mengalami tekanan jual.

Pada pukul 12:07 WIB, sterling melemah 0,32% di hadapan greenback. Pelemahan poundsterling melapangkan jalan bagi dolar AS untuk terus menguat. 

Selain itu, investor juga mengoleksi dolar AS karena lelang obligasi yang semakin dekat. Pada tengah malam waktu Indonesia, pemerintahan Presiden Donald Trump akan melelang dua seri obligasi yaitu tenor 13 dan 26 pekan. 

Jelang lelang, investor melakukan aksi jual yang masif untuk menekan harga dan menaikkan imbal hasil (yield). Kenaikan yield akan membuat kupon yang ditawarkan dalam lelang akan naik dan harganya turun. Siapa yang tidak tertarik? 

Investor terus berupaya mendorong yield ke atas. Pada pukul 12:12 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 6 bulan naik 0,2 basis poin (bps). Kenaikan ini berpotensi lebih tajam semakin mendekati pelaksanaan lelang. 

Untuk ikut serta dalam lelang, investor tentu butuh dolar AS untuk membeli obligasi. Permintaan yang meningkat membuat dolar AS kian mahal alias menguat. 

Faktor eksternal ini sepertinya lebih kuat sehingga mampu meredam berita baik dari surplus neraca perdagangan. Investor memang masih lebih sayang kepada dolar AS ketimbang rupiah...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular