Rupiah Kini Jadi yang Terbaik di Asia, Ini Penyebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 October 2018 09:32

Penguatan rupiah pagi ini didukung oleh sentimen di bidang perdagangan. Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca perdagangan pada September akan membaik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Bahkan bukan tidak mungkin bisa mencatat surplus.
"Berdasarkan hasil pengumpulan data terakhir, pada September diperkirakan defisitnya akan jauh berkurang bahkan terdapat kemungkinan surplus dalam jumlah kecil. Ini karena impor menurun signifikan," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan (current account) Indonesia ikut membaik. Transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa.
Dengan potensi surplus perdagangan pada September, maka defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 kemungkinan bisa melandai. Memang sulit membalikkannya menjadi surplus, tetapi setidaknya ada perbaikan walau kecil.
Ini membuat pelaku pasar lebih optimistis dalam memandang Indonesia. Investor pun memberikan apresiasi dan rupiah mampu menguat.
Sementara dari luar negeri, juga ada angin segar berupa kemungkinan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di KTT G20 di Argentina bulan depan. Wall Stret Journal melaporkan, Gedung Putih sedang mengatur pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Pelaku pasar sangat berharap ada gencatan senjata dalam perang dagang AS-China. Sebab perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia ini dapat melemahkan perekonomian global. Pertemuan Trump-Xi diharapkan mampu memecah kebuntuan dan melahirkan komitmen bersama untuk mengakhiri friksi dagang.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar bergairah dan berani mengambil risiko. Aset-aset aman seperti dolar AS dan yen Jepang ditanggalkan untuk masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Hasilnya adalah rupiah cs mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Berdasarkan hasil pengumpulan data terakhir, pada September diperkirakan defisitnya akan jauh berkurang bahkan terdapat kemungkinan surplus dalam jumlah kecil. Ini karena impor menurun signifikan," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan (current account) Indonesia ikut membaik. Transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa.
Ini membuat pelaku pasar lebih optimistis dalam memandang Indonesia. Investor pun memberikan apresiasi dan rupiah mampu menguat.
Sementara dari luar negeri, juga ada angin segar berupa kemungkinan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di KTT G20 di Argentina bulan depan. Wall Stret Journal melaporkan, Gedung Putih sedang mengatur pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Pelaku pasar sangat berharap ada gencatan senjata dalam perang dagang AS-China. Sebab perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia ini dapat melemahkan perekonomian global. Pertemuan Trump-Xi diharapkan mampu memecah kebuntuan dan melahirkan komitmen bersama untuk mengakhiri friksi dagang.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar bergairah dan berani mengambil risiko. Aset-aset aman seperti dolar AS dan yen Jepang ditanggalkan untuk masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Hasilnya adalah rupiah cs mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular