Ada Kabar Damai Dagang AS-China, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 October 2018 08:32

Dolar AS kini sedang nelangsa. Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) masih melemah 0,02%. Dini hari tadi, koreksi Dollar Index sempat mencapai kisaran 0,5%.
Pelaku pasar sedang bergairah. Pasalnya, mulai ada harapan perang dagang AS vs China akan memasuki gencatan senjata.
Wall Street Journal melaporkan, dalam KTT G20 di Argentina bulan depan ada potensi Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyatakan pihaknya tengah mendiskusikan kemungkinan tersebut.
“Ada perkembangan ke arah sana, tetapi belum konkret. Mereka (Trump dan Xi) punya banyak hal yang perlu dibicarakan, jadi kita lihat nanti,” kata Kudlow.
Perang dagang AS vs China adalah salah satu risiko terbesar di perekonomian global saat ini. Bagaimana tidak, keduanya adalah kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini. Saat mereka saling hambat perdagangan, maka rantai pasok (supply chain) global tentu terganggu.
Belum lagi perang dagang ini melebar jadi perang mata uang dan perang investasi. China dituding sengaja melemahkan mata uang yuan agar produk mereka tetap murah dan laku di pasar ekspor. Sementara AS tengah menggodok rencana membatasi aktivitas investasi perusahaan China di Negeri Paman Sam dengan alasan menjaga kepentingan dan keamanan nasional.
Pertemuan Trump dan Xi diharapkan bisa menghasilkan sesuatu, setidaknya komitmen untuk tidak lagi saling 'berbalas pantun' dengan mengenakan bea masuk. Dengan begitu, ada harapan perang dagang berganti menjadi damai dagang.
Aura positif merebak di pasar. Investor pun keluar dari sarangnya, tidak bermain aman dan berani mengambil risiko. Aset-aset di negara berkembang pun jadi incaran, termasuk di Indonesia. Ini tentu membantu penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pelaku pasar sedang bergairah. Pasalnya, mulai ada harapan perang dagang AS vs China akan memasuki gencatan senjata.
Wall Street Journal melaporkan, dalam KTT G20 di Argentina bulan depan ada potensi Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyatakan pihaknya tengah mendiskusikan kemungkinan tersebut.
Perang dagang AS vs China adalah salah satu risiko terbesar di perekonomian global saat ini. Bagaimana tidak, keduanya adalah kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini. Saat mereka saling hambat perdagangan, maka rantai pasok (supply chain) global tentu terganggu.
Belum lagi perang dagang ini melebar jadi perang mata uang dan perang investasi. China dituding sengaja melemahkan mata uang yuan agar produk mereka tetap murah dan laku di pasar ekspor. Sementara AS tengah menggodok rencana membatasi aktivitas investasi perusahaan China di Negeri Paman Sam dengan alasan menjaga kepentingan dan keamanan nasional.
Pertemuan Trump dan Xi diharapkan bisa menghasilkan sesuatu, setidaknya komitmen untuk tidak lagi saling 'berbalas pantun' dengan mengenakan bea masuk. Dengan begitu, ada harapan perang dagang berganti menjadi damai dagang.
Aura positif merebak di pasar. Investor pun keluar dari sarangnya, tidak bermain aman dan berani mengambil risiko. Aset-aset di negara berkembang pun jadi incaran, termasuk di Indonesia. Ini tentu membantu penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular