Perang Dagang Semakin Memanas, Bagaimana Siasat ASEAN?
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 October 2018 20:41

Nusa Dua, CNBC Indonesia - Para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara menegaskan kembali komitmen mereka terhadap sistem perdagangan yang terbuka bagi semua pihak.
Hal itu disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai menghadiri ASEAN Leaders Gathering di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). Pertemuan itu diadakan di sela-sela rangkaian Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia (WB) Annual Meetings.
"Kami menegaskan kembali komitmen kuat kami terhadap multilateralisme dan kerja sama internasional. ASEAN tetap setia memegang teguh sistem perdagangan multilateral yang terbuka dan didasarkan pada peraturan, yang telah mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan selama beberapa dekade terakhir," ujar Lee.
"Dan kami melipatgandakan upaya kami dalam Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) and kami berharap dapat mencapai kesimpulan substansial akhir tahun ini," katanya.
Pernyataannya itu muncul saat dunia tengah dilanda ketidakpastian akibat perseteruan dagang yang melibatkan beberapa negara maju.
Amerika Serikat (AS) dan China telah saling mengenakan tarif impor terhadap berbagai produk senilai miliaran dolar. Tidak hanya dengan China, Negeri Paman Sam juga masih menyimpan bara-bara api dalam hubungan dagangnya dengan Uni Eropa dan Jepang.
(miq/miq) Next Article Di ASEAN : Cadev Singapura Tertinggi, Indonesia Ketiga
Hal itu disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai menghadiri ASEAN Leaders Gathering di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). Pertemuan itu diadakan di sela-sela rangkaian Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia (WB) Annual Meetings.
"Kami menegaskan kembali komitmen kuat kami terhadap multilateralisme dan kerja sama internasional. ASEAN tetap setia memegang teguh sistem perdagangan multilateral yang terbuka dan didasarkan pada peraturan, yang telah mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan selama beberapa dekade terakhir," ujar Lee.
Pernyataannya itu muncul saat dunia tengah dilanda ketidakpastian akibat perseteruan dagang yang melibatkan beberapa negara maju.
Amerika Serikat (AS) dan China telah saling mengenakan tarif impor terhadap berbagai produk senilai miliaran dolar. Tidak hanya dengan China, Negeri Paman Sam juga masih menyimpan bara-bara api dalam hubungan dagangnya dengan Uni Eropa dan Jepang.
(miq/miq) Next Article Di ASEAN : Cadev Singapura Tertinggi, Indonesia Ketiga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular