
Crazy Rich Eka Tjipta, Penukar Dolar Setara Rp 600 M/Bulan
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
11 October 2018 17:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pengusaha dan perusahaan mulai beraksi menyelamatkan nilai tukar rupiah yang terus mengalami tekanan. Hari ini perusahaan Eka Tjipta Widjaja, PT Golden Mines Energy Tbk (GEMS) juga menyampaikan aktif menukar pendapatan mereka dalam dolar ke rupiah.
GEMS memiliki hak pertambangan atas area konsesi di Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah dengan luas area 42.904 ha dengan total sumber daya dan cadangan sekitar 2,5 miliar ton dan 837,9 juta ton, sesuai dengan pengungkapan dalam bagian cadangan batubara dalam Laporan Keuangan Perseroan periode 31 Desember 2017.
Eka Tjipta alias Oei Ek Tjhong adalah seorang pengusaha dan pendiri kelompok usaga Sinar Mas. Ia merupakan orang terkaya nomor dua di Indonesia menurut Forbes dengan nilai kekayaan US$ 9,1 miliar.
Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Tiongkok. Pada tahun 1931, bersama ibunya dia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan menyusul ayahnya yang terlebih dahulu migrasi.
Sementara itu, SinarMas merupakan grup usaha dengan bisnis yang bergerak di berbagai sektor, seperti Pulp dan Kertas, Agribisnis dan Food, Jasa Keuangan, Developer dan Real Estate, Telekomunikasi, dan Energi dan Infrastruktur, termasuk Kesehatan dan Pendidikan.
Salah satu anak usahanya yang tergabung dalam grup ini adalah GEMS yang juga menyampaikan sudah menukar dolar ke rupiah. Corporate Secretary Golden Energy Mines Sudin Sudirman mengatakan perseroan melakukan konversi hasil penjualan ekspor senilai US$ 30 juta hingga US$ 40 juta setiap bulannya. Jika dikonversikan sekitar Rp 45 miliar - Rp 60 miliar.
"Jumlah persisnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (11/10/18).
Ia menambahkan, hingga saat ini memang mayoritas penjualan batu bara perseroan berasal dari hasil ekspor.
Selain hasil penjualan, seluruh kebutuhan biaya perseroan termasuk biaya operasi dan gaji karyawan juga di konversi ke mata uang rupiah.
"Secara rutin juga menukar hasil ekspor ke rupiah karena untuk kebutuhan biaya operasi termasuk gaji karyawan," ungkapnya.
Sebagai tambahan informasi, beberapa emiten batu bara semisal PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hingga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melakukan aksi serupa.
Untuk ADRO, transaksi penukaran ke mata uang rupiah mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 25 triliun. Transaksi ini didapat dari kerja sama dengan mitra lokal seperti Pertamina, Pama, dan lainnya.
Sedangkan BUMI mengkonversi 80% pendapatannya yang mencapai US$ 5 miliar atau Rp 75 triliun ke dalam rupiah, sehingga nilainya sebesar Rp 60 triliun.
Dianjutkan dengan PTBA yang mengatakan pihaknya juga telah melakukan penukaran dolar ke dalam rupiah dari hasil ekspor yang diterimanya.
(hps/dru) Next Article Pukul 13:00 WIB: Rupiah Tetap di Rp 14.325/US$
GEMS memiliki hak pertambangan atas area konsesi di Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah dengan luas area 42.904 ha dengan total sumber daya dan cadangan sekitar 2,5 miliar ton dan 837,9 juta ton, sesuai dengan pengungkapan dalam bagian cadangan batubara dalam Laporan Keuangan Perseroan periode 31 Desember 2017.
Eka Tjipta alias Oei Ek Tjhong adalah seorang pengusaha dan pendiri kelompok usaga Sinar Mas. Ia merupakan orang terkaya nomor dua di Indonesia menurut Forbes dengan nilai kekayaan US$ 9,1 miliar.
Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Tiongkok. Pada tahun 1931, bersama ibunya dia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan menyusul ayahnya yang terlebih dahulu migrasi.
Salah satu anak usahanya yang tergabung dalam grup ini adalah GEMS yang juga menyampaikan sudah menukar dolar ke rupiah. Corporate Secretary Golden Energy Mines Sudin Sudirman mengatakan perseroan melakukan konversi hasil penjualan ekspor senilai US$ 30 juta hingga US$ 40 juta setiap bulannya. Jika dikonversikan sekitar Rp 45 miliar - Rp 60 miliar.
"Jumlah persisnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (11/10/18).
Ia menambahkan, hingga saat ini memang mayoritas penjualan batu bara perseroan berasal dari hasil ekspor.
Selain hasil penjualan, seluruh kebutuhan biaya perseroan termasuk biaya operasi dan gaji karyawan juga di konversi ke mata uang rupiah.
"Secara rutin juga menukar hasil ekspor ke rupiah karena untuk kebutuhan biaya operasi termasuk gaji karyawan," ungkapnya.
Sebagai tambahan informasi, beberapa emiten batu bara semisal PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hingga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melakukan aksi serupa.
Untuk ADRO, transaksi penukaran ke mata uang rupiah mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 25 triliun. Transaksi ini didapat dari kerja sama dengan mitra lokal seperti Pertamina, Pama, dan lainnya.
Sedangkan BUMI mengkonversi 80% pendapatannya yang mencapai US$ 5 miliar atau Rp 75 triliun ke dalam rupiah, sehingga nilainya sebesar Rp 60 triliun.
Dianjutkan dengan PTBA yang mengatakan pihaknya juga telah melakukan penukaran dolar ke dalam rupiah dari hasil ekspor yang diterimanya.
(hps/dru) Next Article Pukul 13:00 WIB: Rupiah Tetap di Rp 14.325/US$
Most Popular