IHSG Amblas, Pasar Obligasi Naik Mengekor US Treasury

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 October 2018 11:00
Seri yang paling menguat adalah seri 10 tahun dengan penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat setelah semalam laju kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat mulai berbalik melemah. Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling menguat adalah seri 10 tahun dengan penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri acuan lain juga menguat yaitu 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun, dengan penurunan yield masing-masing 4 bps, 1 bps, dan 3 bps menjadi 8,28%, 8,74%, dan 8,95%. 

Munculnya minat investor pada US Treasury dipicu amblasnya pasar ekuitas AS tadi malam, yang bertepatan dengan rampungnya lelang rutin obligasi pemerintah AS mampu menyerap US$ 59 miliar permintaan pelaku pasar. 
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 10 Okt 2018 (%) Yield 11 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8,3288,285-4,30
FR006410 tahun8,5968,541-5,50
FR006515 tahun8,7578,743-1,40
FR007520 tahun8,9878,954-3,30
Avg movement-3,62
Sumber: Reuters 

Penguatan pasar SBN hari ini sudah diprediksi pelaku pasar sebelum perdagangan dimulai pagi ini. Assosciate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus secara teknikmal sudah memprediksi pelemahan harga sudah mencapai batasnya. 

Dia mengatakan pelemahan harga efek utang rupiah pemerintah kemarin belum mencapai titik terendah beberapa pekan lalu. "Sehingga secara jangka pendek, pasar obligasi mulai terlihat [akan] mengalami penguatan." 

Karena itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan hold hari ini dengan potensi beli apabila pergerakan harga melebihi dari 45 bps, dengan volume yang konsisten. 

Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, juga memprediksi penurunan yield US Treasury semalam akan berdampak pada penguatan SBN hari ini. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 539 bps, melebar dari posisi kemarin 533 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,15% karena pelaku pasar global menunjukkan aksi beli dan membuat harga efek utang tersebut naik. Minat investor pada US Treasury dipicu amblasnya pasar ekuitas AS tadi malam. 

Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Saat ini, yield tenor 25 tahun masih lebih tinggi daripada yield tenor 30 tahun, masing-masing berada pada 9,067% dan 9,06%, sehingga menunjukkan adanya kurva yield terbalik (inverted yield curve). 

Inverted yield curve menunjukkan adanya minat investor yang lebih besar terhadap tenor lebih panjang dibanding yang lebih pendek, dan menjadi indikator adanya tekanan ekonomi. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 849,59 triliun SBN rupiah, atau berporsi 39,69% dari total beredar Rp 2.298 triliun. 

Meskipun angka itu masih lebih rendah Rp 1,25 triliun dari posisi akhir September Rp 850,85 triliun, tetapi masih positif Rp 13,49 triliun terhadap posisi sejak awal tahun. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak terjadi di pasar ekuitas yang amblas dan pasar nilai tukar mata uang yang turun tipis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,67% hingga 5.723 siang ini. Nilai tukar rupiah melemah 0,41% Rp 15.260 di hadapan dolar AS.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular