CEO IFC: Ekonomi RI Siap Hadapi Ketidakpastian Global
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
10 October 2018 11:19

KUTA, CNBC Indonesia - Chief Executive Officer International Finance Corporation Philippe Le Houérou menghadiri acara Grand Launching CNBC Indonesia di Trans Resort Hotel Bali, Kuta, Bali, Rabu (10/10/2018).
Dalam sesi diskusi yang dipandu Pemimpin Redaksi CNBC Indonesia Televisi Hera F Haryn, Le Houérou menyebut kondisi perekonomian global diwarnai oleh ketidakpastian.
Penyebab utama adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan perang dagang. Menurut Le Houérou, investor akan lebih selektif sehingga menimbulkan tekanan terhadap pasar keuangan.
Terkait hal itu, Le Houérou menyebut Indonesia siap menghadapi ketidakpastian global. Ada sejumlah catatan di balik hal tersebut.
"Defisit fiskal di bawah 2% dan utang pemerintah 30% terhadap PDB. Kami pikir track record manajemen makroekonomi Indonesia yang prudent akan sangat berguna," ujar Le Houérou.
Dalam menghadapi tantangan ke depan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan Indonesia.
Mulai dari menjaga pasar saham. Kedua, meningkatkan ekspor produk dalam negeri. Ketiga, investasi di sumber daya manusia. Keempat, pembangunan infrastruktur di sektor publik.
Le Houérou percaya reformasi kebijakan sangat penting dalam situasi seperti sekarang.
"Jika reformasi kebijakan sudah dilaksanakan, itu akan membuka kapasitas untuk pendanaan infrastruktur dan pariwisata," katanya.
Lebih lanjut, Le Houérou juga menyinggung soal perang dagang, terutama antara AS dan China, yang tentu berdampak kepada Indonesia.
Ia meyakini ada sisi positif dan negatif terkait perang dagang, salah satunya Indonesia dapat meningkatkan ekspor ke negara-negara yang terlibat perang tersebut.
(miq/miq) Next Article Kembangkan Sustainable Finance, OJK Kembali Gandeng IFC
Dalam sesi diskusi yang dipandu Pemimpin Redaksi CNBC Indonesia Televisi Hera F Haryn, Le Houérou menyebut kondisi perekonomian global diwarnai oleh ketidakpastian.
Penyebab utama adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan perang dagang. Menurut Le Houérou, investor akan lebih selektif sehingga menimbulkan tekanan terhadap pasar keuangan.
"Defisit fiskal di bawah 2% dan utang pemerintah 30% terhadap PDB. Kami pikir track record manajemen makroekonomi Indonesia yang prudent akan sangat berguna," ujar Le Houérou.
Mulai dari menjaga pasar saham. Kedua, meningkatkan ekspor produk dalam negeri. Ketiga, investasi di sumber daya manusia. Keempat, pembangunan infrastruktur di sektor publik.
Le Houérou percaya reformasi kebijakan sangat penting dalam situasi seperti sekarang.
"Jika reformasi kebijakan sudah dilaksanakan, itu akan membuka kapasitas untuk pendanaan infrastruktur dan pariwisata," katanya.
Lebih lanjut, Le Houérou juga menyinggung soal perang dagang, terutama antara AS dan China, yang tentu berdampak kepada Indonesia.
Ia meyakini ada sisi positif dan negatif terkait perang dagang, salah satunya Indonesia dapat meningkatkan ekspor ke negara-negara yang terlibat perang tersebut.
![]() |
(miq/miq) Next Article Kembangkan Sustainable Finance, OJK Kembali Gandeng IFC
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular