Rupiah di Atas Angin, Tapi Tidak Boleh Lengah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 October 2018 08:31
Yield Obligasi Tentukan Pergerakan Dolar AS
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Setelah lebih dari 2 pekan menguat, dolar AS mengambil nafas sejenak. Pada pukul 08:15 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama) melemah 0,11%. Dengan pelemahan ini, Dollar Index sudah turun 0,2% dalam sepekan terakhir. 

Koreksi dolar AS sejalan dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi AS. Yield yang turun menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Ini menjadi wajar karena pemerintah AS baru menyelesaikan lelang sejumlah obligasi jangka pendek. Hasil lelang ini sesuai dengan target indikatif. 

Untuk tenor 4 pekan jumlah yang dimenangkan adalah US$ 40 miliar atau sesuai target. Tenor 13 tahun juga sesuai target indikatif yang sebesar US$ 48 miliar. 

Sementara untuk tenor 26 pekan, jumlah yang dimenangkan juga sama dengan target yaitu US$ 42 miliar. Sedangkan untuk tenor 52 pekan pun sejalan dengan target sebesar US$ 26 miliar.  

Arus modal yang masuk ke pasar obligasi menaikkan harga dan menurunkan yield. Ketika yield turun, maka instrumen ini menjadi kurang menarik karena ada kemungkinan penawaran kupon dalam lelang selanjutnya akan turun. Permintaan terhadap obligasi pun turun, begitu juga permintaan terhadap dolar AS yang digunakan untuk membelinya. 

Namun, investor tetap perlu waspada karena pada 10 Oktober waktu setempat pemerintahan Presiden Donald Trump akan kembali melelang obligasi dengan tenor 3 dan 10 tahun. Biasanya saat menjelang lelang investor akan melepas obligasi agar harganya turun sehingga yield bergerak ke atas. Kenaikan yield akan membuat penawaran kupon berpotensi naik sehingga menarik minat investor. Membludaknya permintaan obligasi akan ikut mengerek permintaan dolar AS.

Saat permintaan greenback naik, maka hasilnya jelas yaitu nilainya akan menguat. Oleh karena itu, dolar AS masih menyimpan senjata untuk menguat. Rupiah saat ini masih di atas angin, tetapi harus hati-hati karena dolar AS bisa kapan saja menipiskan jarak dan mungkin menyalip.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular