
Dolar Mengamuk Lagi, Jelang Lelang Pasar Obligasi Terkoreksi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 October 2018 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada awal perdagangan hari ini akibat berlanjutnya penguatan dolar AS. Koreksi pasar surat berharga negara (SBN) tersebut juga beriringan dengan rencana lelang rutin pemerintah siang ini.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Sumber: Reuters
Koreksi pasar pagi ini terjadi ketika dolar AS kembali menguat akibat dorongan beli investor global yang mulai dihujani sentimen negatif.
Koreksi SBN juga seiring dengan lelang yang berniat digelar siang ini.
Menjelang lelang, investor umumnya membuat harga di pasar agak terkoreksi agar meningkatkan yield sehingga yield yang berlaku dalam lelang lebih tinggi dan mengecilkan daya tawar pemerintah dalam lelang.
Dalam lelang rutin tersebut, pemerintah berniat menerbitkan Rp 10 triliun-Rp20 triliun SBN.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono memprediksi nilai permintaan pelaku pasar dalam lelang akan lebih rendah daripada lelang sebelumnya Rp 51,54 triliun, yaitu Rp 30 triliun-Rp 45 triliun.
Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi nilai permintaan akan berkisar pada rentang Rp 35 triliun-Rp 50 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling terkoreksi hari ini adalah seri 15 tahun yang mengalami kenaikan yield 9 basis poin (bps) menjadi 8,71%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun, yang yield-nya naik 2 basis poin (bps), 6 bps, dan 4 bps menjadi 8,29%, 8,49%, dan 8,92%.
Seri | Benchmark | Yield 8 Okt 2018 (%) | Yield 9 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.275 | 8.297 | 2.20 |
FR0064 | 10 tahun | 8.433 | 8.495 | 6.20 |
FR0065 | 15 tahun | 8.621 | 8.712 | 9.10 |
FR0075 | 20 tahun | 8.887 | 8.929 | 4.20 |
Avg movement | 5.42 |
Koreksi pasar pagi ini terjadi ketika dolar AS kembali menguat akibat dorongan beli investor global yang mulai dihujani sentimen negatif.
Greenback, atau dolar AS, lumrah menjadi pelarian investor global di saat iklim investasi berkontraksi.
Koreksi SBN juga seiring dengan lelang yang berniat digelar siang ini.
Menjelang lelang, investor umumnya membuat harga di pasar agak terkoreksi agar meningkatkan yield sehingga yield yang berlaku dalam lelang lebih tinggi dan mengecilkan daya tawar pemerintah dalam lelang.
Dalam lelang rutin tersebut, pemerintah berniat menerbitkan Rp 10 triliun-Rp20 triliun SBN.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono memprediksi nilai permintaan pelaku pasar dalam lelang akan lebih rendah daripada lelang sebelumnya Rp 51,54 triliun, yaitu Rp 30 triliun-Rp 45 triliun.
Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi nilai permintaan akan berkisar pada rentang Rp 35 triliun-Rp 50 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Most Popular