FOKUS INVESTOR

Pelemahan Rupiah Bikin IHSG Masih Rawan Koreksi

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
09 October 2018 08:31
Para analis memperkirakan pergerakan IHSG di pekan kedua hari ini memiliki kecenderungan melemah hingga menguat terbatas.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,5% ke level 5.761 poin pada perdagangan kemarin Senin (8/10/18).

Indeks sektor konsumer (+2.13%) menjadi penopang penguatan dengan saham UNVR (+3.57%) dan HMSP (+2.67%) memimpin pergerakan optimis diawal pekan.

Nilai transaksi awal pekan ini tercatat sebesar Rp 6,7 triliun, sedangkan investor asing kembali membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 652 miliar.

Para analis memperkirakan pergerakan IHSG di pekan kedua hari ini memiliki kecenderungan melemah hingga menguat terbatas.

Analis dari Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan IHSG membentuk pola candlestick menyerupai pola bullish engulfing, namun kondisi pergerakan masih setengah dari tren pelemahan sebelumnya.

"Sehingga membuat terbatasnya peluang penguatan lanjutan dengan kecenderungan melemah pada perdagangan selanjutnya (hari ini) pada range pergerakan 5.706-5.798," ungkap Lanjar.

Sementara analis dari Kiwoom Sekuritas Maximilianus Nico menambahkan sentimen dari dalam negeri masih berkisar tentang terdepresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dikarenakan dampak dari yield dari surat utang tenor 10 tahun AS meningkat tajam yakni di atas 3,4%.

Beralih dari sana, Sentimen yang menghangat adalah, Afrika Selatan mungkin akan diminta untuk bertemu dengan IMF apabila hutang meningkat tapi tanpa adanya sumber penerimaan yang baru.

Sehingga hal ini berpotensi untuk membuat gejolak di pasar emerging market berikutnya, yang dapat menyebabkan melemahnya kembali rupiah kedepannya.

"Kami memprediksi indeks IHSG masih memiliki ruang untuk melemah dengan support dan resistance di level 5.706-5.758," ujar Nico.

Sementara Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan pergerakan imbal hasil obligasi AS yang cenderung meningkat masih menjadi penghalang pergerakan pasar obligasi dalam negeri untuk bergerak naik.

Pelaku pasar pun akan cenderung membatasi transaksi. Adanya perkiraan akan kenaikan suku bunga The Fed setelah dirilisnya sejumlah data-data ekonomi AS membuat pasar obligasi cenderung berkurang pergerakannya.

"Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas untuk menahan penurunan lebih lanjut. Tetap cermati dan waspadai terhadap sentimen yang dapat membawa pasar obligasi melemah kembali," ujar Reza.


(roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular