Tingkat Pengangguran AS Rendah, Wall Street Rontok
06 October 2018 06:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup koreksi pada perdagangan Jumat (5/10/2018) karena dipengaruhi kenaikan yield obligasi pemerintah (US Treasury) dampak dari laporan lapangan pekerjaan yang solid.
Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 0,68% (180,43 poin) menjadi 26.447,05, S&P 500 kehilangan 0,55% (16,04 poin) menjadi 2.885,57 dan Nasdaq Komposit koreksi 1,16% (91,06 poin) menjadi 7.788,45.
Dalam sepekan ini, S&P telah koreksi 0,98%, Dow Jones merosot 0,04% dan Nasdaq anjlok 3,2%. Ini adalah penurunan mingguan terbesar untuk Nasdaq sejak Maret.
Koreksi bursa AS dipimpin oleh emiten raksasa teknologi yang disebut FANG yang terdiri dari Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet. Sektor teknologi anjlok 1,27%.
Pada Jumat, departemen ketenagakerjaan AS melaporkan tingkat pengangguran AS turun ke level 3,7%, terendah dalam 49 terakhir, meskipun pertumbuhan lapangan kerja di negeri Abang Sam ini terbilang melambat selama September 2018 akibat Badai Florence.
"Tidak diragukan lagi pasar kerja di ASt mungkin yang terbaik dalam satu generasi - tidak ada pertanyaan atau perdebatan tentang itu," kata Russell Price, ekonom senior di Ameriprise Financial Services Inc ."Laporan pekerjaan telah menjadi laporan inflasi."
Laporan tersebut mendorong yield Obligasi acuan 10 tahun AS (US Treasury) menyentuh 3,248%. Hal ini memberikan tekanan yang lebih besar pada bursa Saham AS. Pasalnya data ini mengarah pada kenaikan suku bunga acuan AS.
Kenailkan suku bunga acuan akan menguntungkan investor surat utang karena kenaikan yield. Sementara kenaikan suku bunga menjadi musuh bursa saham karena investor akan beralih dari saham ke surat utang.
"Saham tidak akan memiliki pilihan karena jika mereka tidak tetap kompetitif dengan tingkat pengembalian (return) bebas risiko investor akan berhenti membeli saham dan mereka akan mulai masuk ke dalam obligasi," kata Walter Zimmerman, kepala analis teknikal di ICAP di Jersey City, Jersey baru.
"Bagaimana pasar saham menyesuaikan itu? Dengan menurunkan harga dan karenanya meningkatkan tingkat pengembalian."
(roy/roy)
Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 0,68% (180,43 poin) menjadi 26.447,05, S&P 500 kehilangan 0,55% (16,04 poin) menjadi 2.885,57 dan Nasdaq Komposit koreksi 1,16% (91,06 poin) menjadi 7.788,45.
Koreksi bursa AS dipimpin oleh emiten raksasa teknologi yang disebut FANG yang terdiri dari Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet. Sektor teknologi anjlok 1,27%.
Pada Jumat, departemen ketenagakerjaan AS melaporkan tingkat pengangguran AS turun ke level 3,7%, terendah dalam 49 terakhir, meskipun pertumbuhan lapangan kerja di negeri Abang Sam ini terbilang melambat selama September 2018 akibat Badai Florence.
"Tidak diragukan lagi pasar kerja di ASt mungkin yang terbaik dalam satu generasi - tidak ada pertanyaan atau perdebatan tentang itu," kata Russell Price, ekonom senior di Ameriprise Financial Services Inc ."Laporan pekerjaan telah menjadi laporan inflasi."
Laporan tersebut mendorong yield Obligasi acuan 10 tahun AS (US Treasury) menyentuh 3,248%. Hal ini memberikan tekanan yang lebih besar pada bursa Saham AS. Pasalnya data ini mengarah pada kenaikan suku bunga acuan AS.
Kenailkan suku bunga acuan akan menguntungkan investor surat utang karena kenaikan yield. Sementara kenaikan suku bunga menjadi musuh bursa saham karena investor akan beralih dari saham ke surat utang.
![]() |
"Saham tidak akan memiliki pilihan karena jika mereka tidak tetap kompetitif dengan tingkat pengembalian (return) bebas risiko investor akan berhenti membeli saham dan mereka akan mulai masuk ke dalam obligasi," kata Walter Zimmerman, kepala analis teknikal di ICAP di Jersey City, Jersey baru.
"Bagaimana pasar saham menyesuaikan itu? Dengan menurunkan harga dan karenanya meningkatkan tingkat pengembalian."
Artikel Selanjutnya
Wall Street Memerah, IHSG Tertahan di Bawah Level 7.000-an
(roy/roy)