
Analisis Teknikal
Rupiah Berpotensi Menguat, IHSG Bisa Bangkit
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 October 2018 08:15

Jakarta, CNBC Indonesia - TekananĀ dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah hari ini, Jumat (5/10/2018), diperkirakan mereda. Pasalnya, dollar index spot (DXY) yang mengukur kurs dolar AS terhadap enam mata uang kuat dunia, terpantau turun ke level 95.75. Pada hari sebelumnya, indeks dolar berada di kisaran 96.
Pelemahan dolar AS terjadi lantaran beberapa negara maju mulai memberikan sinyal akan menaikkan suku bunganya, seperti bank sentral Norwegia, Swis, Australia, dan Swedia.
"Ini merupakan awal sebuah proses di mana arah kebijakan moneter negara maju akan mulai convergence. Sehingga, AS bukan satu satunya negara di kelompok negara maju dengan suku bunga yang tengah meningkat," papar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, dikutip hari Jumat.
Dari sisi pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup anjlok hingga 1,8% ke level 5.756. Nilai transaksinya tercatat sebesar Rp 8,3 triliun, denganĀ investor asing membukukan jual bersih cukup besar (net sell) menyentuh Rp 1,16 triliun di pasar reguler.
Tekanan terhadap rupiah cukup membuat investor khawatir. Saham-saham sektor keuangan banyak dilepas hingga membuat indeks sektor keuangan melemah 2,44% dan memberikan tekanan paling banyak, yaitu 41 poin pelemahan bagi IHSG.
Kami memperkirakan IHSG pada hari ini akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat, rentang perdagangannya diperkirakan antara 5.745 hingga 5.833. Secara teknikal, hal itu dimungkinkan, Tim Riset CNBC Indonesia menganalisisnya lebih jauh menggunakan analisis teknikal dengan hasil sebagai berikut.
Pada penutupan kemarin, pola grafik yang terbentuk adalah lilin hitam panjang (long black candle), IHSG mengalami penurunan yang cukup dalam, didorong semua sektor yang terjebak pada zona merah.
Potensi akan terjadi kenaikan sesaat (technical rebound) kembali terbuka, pasalnya indeks digambarkan telah memasuki area jenuh jualnya (overbought) menurut indikator teknikal stochastic slow.
Adapun bursa AS rata-rata melemah, yaitu: Indeks Dow Jones (-0,75%), S&P 500 (-0,82%) dan NASDAQ (-1,81%), menyusul rilis data pada hari Kamis (4/10/2018) di mana jobless claim tercatat turun menjadi 207.000, terendah sejak 49 tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Anjlok 3% Lebih, Mampukah IHSG Mengawali Pekan dengan Manis?
Pelemahan dolar AS terjadi lantaran beberapa negara maju mulai memberikan sinyal akan menaikkan suku bunganya, seperti bank sentral Norwegia, Swis, Australia, dan Swedia.
"Ini merupakan awal sebuah proses di mana arah kebijakan moneter negara maju akan mulai convergence. Sehingga, AS bukan satu satunya negara di kelompok negara maju dengan suku bunga yang tengah meningkat," papar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, dikutip hari Jumat.
Tekanan terhadap rupiah cukup membuat investor khawatir. Saham-saham sektor keuangan banyak dilepas hingga membuat indeks sektor keuangan melemah 2,44% dan memberikan tekanan paling banyak, yaitu 41 poin pelemahan bagi IHSG.
Kami memperkirakan IHSG pada hari ini akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat, rentang perdagangannya diperkirakan antara 5.745 hingga 5.833. Secara teknikal, hal itu dimungkinkan, Tim Riset CNBC Indonesia menganalisisnya lebih jauh menggunakan analisis teknikal dengan hasil sebagai berikut.
![]() |
Potensi akan terjadi kenaikan sesaat (technical rebound) kembali terbuka, pasalnya indeks digambarkan telah memasuki area jenuh jualnya (overbought) menurut indikator teknikal stochastic slow.
Adapun bursa AS rata-rata melemah, yaitu: Indeks Dow Jones (-0,75%), S&P 500 (-0,82%) dan NASDAQ (-1,81%), menyusul rilis data pada hari Kamis (4/10/2018) di mana jobless claim tercatat turun menjadi 207.000, terendah sejak 49 tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Anjlok 3% Lebih, Mampukah IHSG Mengawali Pekan dengan Manis?
Most Popular