
Sri Mulyani Akui Impor BBM Jadi Beban Pelemahan Rupiah
Arys Aditya, CNBC Indonesia
04 October 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - PelemahanĀ rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut saat ini. Pada Kamis (4/10/2018) pukul 11:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 15.175 di pasar spot. Rupiah melemah 0,70% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Apa yang dilakukan pemerintah untuk tetap bisa menjaga nilai tukar tersebut. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memaparkan beberapa hal.
"Kami dari sisi fiskal terus melaksanakan apa yang sudah diputuskan waktu itu. Memonitor impor utamanya impor barang konsumsi dan diproduksi dalam negeri, 1.147 [barang impor yang ditahan] itu nanti akan kami lihat laporannya setiap minggu dan posisi terakhir sudah menunjukkan penurunan namun kita akan lihat Oktober minggu pertama ini," papar Sri Mulyani di Istana Negara, Kamis (4/10/2018).
Untuk impor BBM, Sri Mulyani mengaku hal tersebut merupakan komponen impor terbesar. Ada kenaikan beberapa bulan terakhir.
Lebih jauh, Mantan Petinggi World Bank ini menjelaskan nilai tukar rupiah yang melemah dikarenakan gejolak ekonomi global. Terutama apa yang terjadi di Italia.
"Dominasi hari ini mayoritas berasal dari luar yang sangat dominan pada saat yang lalu. Kita lihat sentimen kemarin adalah Italia yang defisitnya besar. Sekarang Italia komitmen menurunkan defisit APBN, lalu ada sentimen yang lain."
"Mayoritas ini masalah eksternal. Dan domestik harus waspada utamanya neraca pembayaran. Ini momentumnya masih harus dikendalikan dengan baik," tutup Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Dolar AS Tembus Rp15.200, Sri Mulyani: Lebih Lemah dari APBN
Apa yang dilakukan pemerintah untuk tetap bisa menjaga nilai tukar tersebut. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memaparkan beberapa hal.
"Kami dari sisi fiskal terus melaksanakan apa yang sudah diputuskan waktu itu. Memonitor impor utamanya impor barang konsumsi dan diproduksi dalam negeri, 1.147 [barang impor yang ditahan] itu nanti akan kami lihat laporannya setiap minggu dan posisi terakhir sudah menunjukkan penurunan namun kita akan lihat Oktober minggu pertama ini," papar Sri Mulyani di Istana Negara, Kamis (4/10/2018).
![]() |
Untuk impor BBM, Sri Mulyani mengaku hal tersebut merupakan komponen impor terbesar. Ada kenaikan beberapa bulan terakhir.
"Untuk BBM, merupakan komponen impor terbesar, kami harap B-20 bisa mengurangi. Tapi kita akan lihat karena akhir September terjadi kenaikan dan kami akan lihat. Dengan adanya bencana seperti ini akan ada kebutuhan, dan kami akan melihat apa yang sifatnya temporer dan sifatnya tren atau kecenderungan," ungkap Sri Mulyani.
Lebih jauh, Mantan Petinggi World Bank ini menjelaskan nilai tukar rupiah yang melemah dikarenakan gejolak ekonomi global. Terutama apa yang terjadi di Italia.
"Dominasi hari ini mayoritas berasal dari luar yang sangat dominan pada saat yang lalu. Kita lihat sentimen kemarin adalah Italia yang defisitnya besar. Sekarang Italia komitmen menurunkan defisit APBN, lalu ada sentimen yang lain."
"Mayoritas ini masalah eksternal. Dan domestik harus waspada utamanya neraca pembayaran. Ini momentumnya masih harus dikendalikan dengan baik," tutup Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Dolar AS Tembus Rp15.200, Sri Mulyani: Lebih Lemah dari APBN
Most Popular