
Tunggu Data Cadangan AS, Harga Minyak Masih Tertahan
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 October 2018 11:35

Meski demikian, ada dua faktor yang membuat harga minyak cenderung bergerak terbatas pada hari ini. Pertama, cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik 907.000 barel ke 400,9 juta barel pada pekan lalu, mengutip data American Petroleum Institute (API).
Akan tetapi, kenaikan tersebut masih lebih kecil dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 2 juta barel. Sehingga, harga minyak pun tidak terlalu terbebani oleh data tersebut. Terlebih, stok Bahan Bakar Minyak (BBM) turun 1,7 juta barel. Jauh di bawah ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan sebesar 1,3 juta barel.
Data yang agak memberatkan justru datang stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, yang naik hinggga 2 juta barel. Masih tingginya tingkat pasokan dari AS memunculkan kekhawatiran bahwa hilanya pasokan dari Iran akan dapat dikompensasi oleh Negeri Adidaya.
Sebagai informasi, data resmi dari US Energy Information Administration (EIA) akan dirilis pada malam ini pukul 21.30 WIB.
Kedua, penguatan dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, menguat hingga 0,22% pada penutupan perdagangan kemarin. Dengan pergerakan itu, indeks ini sudah menguat hingga 5 hari berturut-turut.
Memegang dolar AS menjadi menguntungkan karena The Federal Reserve/The Fed masih dalam mode pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Setelah menaikkan suku bunga acuan pekan lalu, The Fed kemungkinan besar kembali melakukan kebijakan serupa pada akhir tahun.
Penguatan dolar AS akan membuat harga minyak menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang selain greenback. Akibatnya, muncul sentimen menurunnya permintaan komoditas energi utama dunia ini. Sentimen ini lantas ditransmisikan menjadi penurunan harga.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Akan tetapi, kenaikan tersebut masih lebih kecil dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 2 juta barel. Sehingga, harga minyak pun tidak terlalu terbebani oleh data tersebut. Terlebih, stok Bahan Bakar Minyak (BBM) turun 1,7 juta barel. Jauh di bawah ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan sebesar 1,3 juta barel.
Data yang agak memberatkan justru datang stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, yang naik hinggga 2 juta barel. Masih tingginya tingkat pasokan dari AS memunculkan kekhawatiran bahwa hilanya pasokan dari Iran akan dapat dikompensasi oleh Negeri Adidaya.
Kedua, penguatan dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, menguat hingga 0,22% pada penutupan perdagangan kemarin. Dengan pergerakan itu, indeks ini sudah menguat hingga 5 hari berturut-turut.
Memegang dolar AS menjadi menguntungkan karena The Federal Reserve/The Fed masih dalam mode pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Setelah menaikkan suku bunga acuan pekan lalu, The Fed kemungkinan besar kembali melakukan kebijakan serupa pada akhir tahun.
Penguatan dolar AS akan membuat harga minyak menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang selain greenback. Akibatnya, muncul sentimen menurunnya permintaan komoditas energi utama dunia ini. Sentimen ini lantas ditransmisikan menjadi penurunan harga.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular