
Dolar AS Tembus Rp 15.000, IHSG Terjebak di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 October 2018 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,4% hingga akhir sesi I ke level 5.920,89. Pergerakan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga ditransaksikan di zona merah, Indeks Hang Seng anjlok 1,64%, indeks Strait Times turun 0,15%, dan indeks Kospi turun 0,74%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,19 triliun dengan volume sebanyak 6,99 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 266.707 kali.
Rupiah yang menembus level Rp 15.000/dolar AS membuat IHSG terpuruk. Hingga siang hari, rupiah diperdagangkan melemah 0,77% ke level Rp 15.020/dolar AS di pasar spot. Rupiah berada di titik terendahnya sejak krisis 1998 silam atau 20 tahun yang lalu.
Dolar AS memang berada dalam posisi yang relatif perkasa pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,06%. Price-in yang terus dilakukan pelaku pasar terkait dengan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve membuat dolar AS perkasa.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 1 Oktober 2018, kemungkinan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini naik menjadi 80,1%, dari posisi per 28 September 2018 yang sebesar 74,4%.
Lebih lanjut, perang dagang dengan China yang masih terus berlanjut membuat dolar AS selaku safe haven menjadi buruan investor. Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) sebelumnya membuat pelaku pasar optimis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China.
Namun, kini harapan itu seolah sirna. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi dengan China di bidang perdagangan tidak berkembang. Kudlow bahkan berani menyebut bahwa kesepakatan dengan China tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
"Tidak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China," papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. "Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat."
Lebih lanjut, mantan anchor CNBC International itu menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.
Terakhir, dolar AS menguat lantaran kegaduhan di Italia. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan target defisit tahun 2018 yaitu 1,6% dari PDB.
Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% dari PDB. Hal ini lantas membuat investor teringat pada krisis Yunani tahun 2010 silam, mengingat rasio utang pemerintah Italia yang mencapai 131,8% dari PDB (per akhir 2017).
Saham-saham perbankan memimpin pelemahan IHSG. Saham-saham perbankan dilepas lantaran pelemahan rupiah yang begitu signifikan sepanjang tahun ini telah memantik kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL).
Selain itu, pelemahan rupiah yang terus terjadi sangat mungkin memaksa Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut tentu akan kian mendorong bank-bank di tanah air untuk menaikkan suku bunga simpanan yang pada akhirnya akan berujung kepada kenaikan suku bunga pinjaman. Padahal, penyaluran kredit bisa dibilang baru saja mulai menggeliat.
Mengutip Reuters, penyaluran kredit bank komersial di Indonesia hanya tumbuh di kisaran satu-digit pada 4 bulan pertama tahun ini. Barulah pada periode Mei-Agustus, pertumbuhannya mencapai level dua-digit. Per Agustus 2018, pertumbuhannya adalah sebesar 12,12% YoY.
Kenaikan suku bunga pinjaman sangat mungkin membuat konsumen dan pelaku usaha menahan diri untuk menarik kredit. Khusus bagi pelaku usaha, kondisi perekonomian global memang sedang kurang kondusif untuk melakukan ekspansi. Pada akhirnya, ada kekhawatiran profitabilitas dari perbankan tak akan maksimal.
Saham-saham perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,87%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,67%), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-1,14%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-0,94%), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-0,53%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,19 triliun dengan volume sebanyak 6,99 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 266.707 kali.
Rupiah yang menembus level Rp 15.000/dolar AS membuat IHSG terpuruk. Hingga siang hari, rupiah diperdagangkan melemah 0,77% ke level Rp 15.020/dolar AS di pasar spot. Rupiah berada di titik terendahnya sejak krisis 1998 silam atau 20 tahun yang lalu.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 1 Oktober 2018, kemungkinan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini naik menjadi 80,1%, dari posisi per 28 September 2018 yang sebesar 74,4%.
Lebih lanjut, perang dagang dengan China yang masih terus berlanjut membuat dolar AS selaku safe haven menjadi buruan investor. Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) sebelumnya membuat pelaku pasar optimis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China.
Namun, kini harapan itu seolah sirna. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi dengan China di bidang perdagangan tidak berkembang. Kudlow bahkan berani menyebut bahwa kesepakatan dengan China tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
"Tidak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China," papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. "Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat."
Lebih lanjut, mantan anchor CNBC International itu menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.
Terakhir, dolar AS menguat lantaran kegaduhan di Italia. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan target defisit tahun 2018 yaitu 1,6% dari PDB.
Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% dari PDB. Hal ini lantas membuat investor teringat pada krisis Yunani tahun 2010 silam, mengingat rasio utang pemerintah Italia yang mencapai 131,8% dari PDB (per akhir 2017).
Saham-saham perbankan memimpin pelemahan IHSG. Saham-saham perbankan dilepas lantaran pelemahan rupiah yang begitu signifikan sepanjang tahun ini telah memantik kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL).
Selain itu, pelemahan rupiah yang terus terjadi sangat mungkin memaksa Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut tentu akan kian mendorong bank-bank di tanah air untuk menaikkan suku bunga simpanan yang pada akhirnya akan berujung kepada kenaikan suku bunga pinjaman. Padahal, penyaluran kredit bisa dibilang baru saja mulai menggeliat.
Mengutip Reuters, penyaluran kredit bank komersial di Indonesia hanya tumbuh di kisaran satu-digit pada 4 bulan pertama tahun ini. Barulah pada periode Mei-Agustus, pertumbuhannya mencapai level dua-digit. Per Agustus 2018, pertumbuhannya adalah sebesar 12,12% YoY.
Kenaikan suku bunga pinjaman sangat mungkin membuat konsumen dan pelaku usaha menahan diri untuk menarik kredit. Khusus bagi pelaku usaha, kondisi perekonomian global memang sedang kurang kondusif untuk melakukan ekspansi. Pada akhirnya, ada kekhawatiran profitabilitas dari perbankan tak akan maksimal.
Saham-saham perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,87%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,67%), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-1,14%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-0,94%), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-0,53%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular