Kemarin Italia, Hari Ini Kenapa Rupiah Nyaris Rp 15.000/US$?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2018 10:40
Dolar AS Belum Tertandingi
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Faktor eksternal dan internal menekan rupiah. Dari eksternal, dolar AS memang masih ogah melemah.  

Pada pukul 10:16 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah naik 1,27%. 

Setidaknya ada dua faktor yang membuat dolar AS perkasa. Pertama adalah kebijakan moneter AS yang semakin ketat. 

Pekan lalu, The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% atau median 2,125%. Bahkan kemungkinan besar The Fed masih akan sekali lagi menaikkan suku bunga pada tahun ini, diperkirakan terjadi pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps dalam rapat 19 Desember mencapai 80,1%. 

Tidak berhenti sampai di situ, proses normalisasi kebijakan moneter AS masih berlangsung setidaknya sampai 2020. Pada 2019, diperkirakan ada tiga kali kenaikan suku bunga acuan dan setidaknya sekali lagi pada 2020. Saat itu, median suku bunga acuan ada di sekitar 3,4%. Kemudian pada 2021 suku bunga acuan kemungkinan bertahan, sebelum mulai turun ke arah 3% dalam jangka menengah-panjang. 

Oleh karena itu, dolar AS kemungkinan masih akan menguat sampai 2020 karena didorong kenaikan suku bunga acuan. Saat suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut terkerek. Ini akan membuat dolar AS semakin diburu pelaku pasar. 

Faktor kedua adalah perkembangan di Eropa. Investor mencemaskan dinamika politik anggaran di Italia. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte berencana menyusun defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019-2021. Padahal pemerintahan sebelumnya berencana membuat anggaran berimbang atau balance budget pada 2020. 

Ingatan investor kembali pada 2009-2010 di mana Italia dan negara-negara lain di Eropa mengalami krisis fiskal. Krisis itu menjadi sentimen negatif yang menyebar ke pasar keuangan seluruh dunia. 

Oleh karena itu investor dipaksa main aman. Aset-aset safe haven pun menjadi buruan, utamanya dolar AS. Selain aman, ya itu tadi, greenback juga menjanjikan cuan. 

Kemarin, sentimen Italia menjadi faktor besar yang mempengaruhi kekuatan dolar AS. Rupiah pun tertekan, meski akhirnya hanya melemah tipis pada penutupan perdagangan.



(aji/aji)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular