
Saat Bos BI Sebut Ekonomi RI Masih Tumbuh di Bawah Potensinya
Herdaru Purnomo & Arys Aditya, CNBC Indonesia
29 September 2018 10:40

Jakarta, CNBC Indonesia -- Bank Indonesia (BI) telah memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Banyak kalangan, termasuk Menko Perekonomian Darmin Nasution, menyebut kebijakan itu akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.
Tahun ini, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,4%. Namun, BI memiliki proyeksi tersendiri. Ditemui di kantornya, Jumat (28/9/2018), Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada sedikit di bawah 5,2%.
"Tergantung metodenya. Kalau filtering, kurang lebih potential output kita itu 5,6%. Tapi kalau berdasarkan production function bisa sampai 6%. Jadi kalau PE 5,2% itu berarti masih di bawah pertumbuhan potensialnya," katanya.
Hal ini, menurut Perry, yang menjadi salah satu penjelasan indeks harga konsumen (IHK) alias inflasi nasional tidak terbang. Padahal nilai tukar rupiah tertekan hebat dalam beberapa bulan terakhir yang juga diiringi oleh kenaikan dari sisi permintaan.
Dalam kesempatan yang sama, Perry memaparkan pada akhir 2018, tingkat inflasi bisa berada di bawah 3,5%. Pada bulan ini saja, berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) pekan ke-4 September, inflasi diproyeksi -0,06% alias masuk ke dalam teritorial deflasi.
Soal DNDF
Dalam kesempatan yang sama, Perry juga menyampaikan telah menandatangani Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Beleid itu juga sudah diundangkan di Kementerian Hukum dan HAM.
Dengan demikian, PBI tentang DNDF mulai berlaku Jumat (28/9/2018). Perry berharap keberadaan PBI DNDF akan semakin memperdalam pasar valas domestik.
"Ini juga memberikan alternatif instrumen bagi pelaku ekonomi, perbankan, investor asing. Memberikan lindung nilai dan stabilitas nilai tukar," katanya.
Ia mengimbau kepada para pengusaha untuk bisa memanfaatkan fasilitas yang nantinya disediakan oleh perbankan dalam negeri. Sebab, pilihan instrumen ke depan semakin lengkap. "Bisa swap, forward, banyak," ujar Perry.
Pujian
Selain soal pertumbuhan ekonomi dan DNDF, Perry juga menyampaikan terima kasih kepada para pengusaha dan korporasi. Para crazy rich banyak yang menjual dolar AS sehingga rupiah stabil.
"Mereka yang tidak hanya jual di spot, tapi juga bisa lewat [instrumen] forward dan swap," kata Perry.
(miq/miq) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
Tahun ini, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,4%. Namun, BI memiliki proyeksi tersendiri. Ditemui di kantornya, Jumat (28/9/2018), Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada sedikit di bawah 5,2%.
"Tergantung metodenya. Kalau filtering, kurang lebih potential output kita itu 5,6%. Tapi kalau berdasarkan production function bisa sampai 6%. Jadi kalau PE 5,2% itu berarti masih di bawah pertumbuhan potensialnya," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Perry memaparkan pada akhir 2018, tingkat inflasi bisa berada di bawah 3,5%. Pada bulan ini saja, berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) pekan ke-4 September, inflasi diproyeksi -0,06% alias masuk ke dalam teritorial deflasi.
![]() |
Soal DNDF
Dalam kesempatan yang sama, Perry juga menyampaikan telah menandatangani Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Beleid itu juga sudah diundangkan di Kementerian Hukum dan HAM.
Dengan demikian, PBI tentang DNDF mulai berlaku Jumat (28/9/2018). Perry berharap keberadaan PBI DNDF akan semakin memperdalam pasar valas domestik.
"Ini juga memberikan alternatif instrumen bagi pelaku ekonomi, perbankan, investor asing. Memberikan lindung nilai dan stabilitas nilai tukar," katanya.
Ia mengimbau kepada para pengusaha untuk bisa memanfaatkan fasilitas yang nantinya disediakan oleh perbankan dalam negeri. Sebab, pilihan instrumen ke depan semakin lengkap. "Bisa swap, forward, banyak," ujar Perry.
Pujian
Selain soal pertumbuhan ekonomi dan DNDF, Perry juga menyampaikan terima kasih kepada para pengusaha dan korporasi. Para crazy rich banyak yang menjual dolar AS sehingga rupiah stabil.
"Mereka yang tidak hanya jual di spot, tapi juga bisa lewat [instrumen] forward dan swap," kata Perry.
![]() |
(miq/miq) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
Most Popular