
IHSG Dkk Hijau Pekan Ini, Terima Kasih The Fed!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 September 2018 09:20

Selain perang dagang, pelaku pasar juga menantikan pengumuman hasil rapat The Federal Reserve/The Fed pada 26 September waktu setempat atau 2 September dini hari waktu Indonesia. Investor mengambil posisi karena sudah ada perkiraan sejak lama bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya 25 basis poin (bps).
Arus modal pun merapat ke dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut. Pasar keuangan Asia kehilangan pelanggan, transaksi sepi, dan koreksi pun sempat berlanjut.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Jerome Powell dan kolega memutuskan untuk menaikkan Federal Funds Rate 25 bps menjadi 2-2,25% atau median 2,125%. Sesuai dengan ekspektasi pasar, tidak ada kejutan.
Kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pun semakin jelas. Pada akhir tahun ini, The Fed menargetkan median suku bunga acuan ada di 2,4%. Oleh karena itu, butuh satu kali kenaikan lagi untuk mencapai target tersebut.
Investor memperkirakan kenaikan terakhir pada 2018 ini dieksekusi pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 78,5%.
Meski The Fed semakin terlihat hawkish, tetapi pelaku pasar (utamanya di Asia) tidak beraksi berlebihan. Sebab ya itu tadi, investor sudah terlebih dulu mengambil posisi dan memasukkan kebijakan The Fed dalam kalkulasi mereka. Sudah priced-in.
Sikap ambil posisi sudah diambil sebelum pengumuman suku bunga oleh The Fed. Ketika kebijakan itu diumumkan dan sesuai ekspektasi, hasilnya adalah investor malah berbunga-bunga dan semakin agresif. Bahkan berani mengambil risiko.
Faktor ini yang kemudian mendominasi bursa saham Benua Kuning pada 2 hari perdagangan terakhir. Pasar yang terkoreksi selama 3 hari gara-gara perang dagang berhasil dibalikkan dengan penguatan dalam 2 hari.
Oleh karena itu, ada baiknya bursa saham Asia berterima kasih kepada The Fed. Sebab pekan ini, hasil rapat The Fed justru memberi obat kuat yang ampuh membuat pasar bergairah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Arus modal pun merapat ke dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut. Pasar keuangan Asia kehilangan pelanggan, transaksi sepi, dan koreksi pun sempat berlanjut.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Jerome Powell dan kolega memutuskan untuk menaikkan Federal Funds Rate 25 bps menjadi 2-2,25% atau median 2,125%. Sesuai dengan ekspektasi pasar, tidak ada kejutan.
Investor memperkirakan kenaikan terakhir pada 2018 ini dieksekusi pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 78,5%.
Meski The Fed semakin terlihat hawkish, tetapi pelaku pasar (utamanya di Asia) tidak beraksi berlebihan. Sebab ya itu tadi, investor sudah terlebih dulu mengambil posisi dan memasukkan kebijakan The Fed dalam kalkulasi mereka. Sudah priced-in.
Sikap ambil posisi sudah diambil sebelum pengumuman suku bunga oleh The Fed. Ketika kebijakan itu diumumkan dan sesuai ekspektasi, hasilnya adalah investor malah berbunga-bunga dan semakin agresif. Bahkan berani mengambil risiko.
Faktor ini yang kemudian mendominasi bursa saham Benua Kuning pada 2 hari perdagangan terakhir. Pasar yang terkoreksi selama 3 hari gara-gara perang dagang berhasil dibalikkan dengan penguatan dalam 2 hari.
Oleh karena itu, ada baiknya bursa saham Asia berterima kasih kepada The Fed. Sebab pekan ini, hasil rapat The Fed justru memberi obat kuat yang ampuh membuat pasar bergairah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular