Semua Demi Rupiah, Ayo Bangkit!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 September 2018 17:40
Pertumbuhan Ekonomi Terancam Melambat
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Arie Pratama)
Saat suku bunga acuan naik, maka suku bunga simpanan perbankan akan ikut naik. Untuk mengompensasi kenaikan suku bunga simpanan, bank harus ikut menaikkan suku bunga kredit agar laba tidak tergerus. 

Bagi dunia usaha dan konsumen, siapa yang suka suku bunga tinggi? Biaya dana, pembiayaan investasi dan ekspansi, sampai bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bakal naik. Tidak ada yang suka. 

Saat bebannya naik, dunia usaha bisa mengurangi ekspansi sehingga pertumbuhan investasi akan melambat. Sementara masyarakat juga akan mengurangi konsumsi ketika pembayaran cicilan KPR makin mahal.  

Investasi dan konsumsi masyarakat kemungkinan akan melambat. Padahal keduanya adalah komponen utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal II-2018, konsumsi rumah tangga menyumbang 55,43% sementara investasi alias Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi 31,15%. 

Akan tetapi, dapat dimaklumi jika BI (dan pemerintah) fokus membenahi transaksi berjalan dan kemudian rupiah. Sebab, yang namanya pelemahan rupiah juga bukan hal yang enak. 

Sering disebutkan bahwa pelemahan rupiah adalah momentum untuk meningkatkan kinerja ekspor karena harga produk Indonesia di pasar global bisa lebih murah. Namun itu bisa berlaku jika yang diekspor adalah barang jadi, produk manufaktur. Sebab, produk manufaktur punya keunggulan kompetitif yang sensitif terhadap kurs. 

Beda ceritanya kalau yang diekspor kebanyakan adalah komoditas, seperti Indonesia yang lebih lebih dari 50% ekspornya adalah komoditas. Ekspor komoditas lebih dipengaruhi oleh harga dan permintaan, bukan nilai tukar, karena hanya memiliki keunggulan komparatif. 

Di pasar keuangan, depresiasi rupiah juga bukan kabar baik. Saat rupiah melemah, dan prospek ke depannya akan tetap seperti itu, maka investor akan menghindari rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini. Akibatnya rupiah semakin lemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot, imbal hasil (yield) obligasi melonjak. Membayangkannya saja sudah mengerikan, apalagi kalau sampai kejadian. 

Oleh karena itu, sah-sah saja kalau upaya penyelamatan rupiah menjadi prioritas utama. Namun semoga tidak terlalu lama, karena Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan ekonomi. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular