
The Fed Naikkan Suku Bunga, Bursa Eropa Jatuh Saat Pembukaan
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
27 September 2018 15:18

London, CNBC Indonesia - Bursa-bursa saham Eropa jatuh pada pembukaan, Kamis (27/9/2018), dengan Indeks FTSE 100 di London turun 0,2% menjadi 7.493,26 poin. Koreksi tersebut merupakan respons atas kebijakan The Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan.
Di zona euro, DAX 39 di Frankfurt turun 0,5% menjadi 12.329,40 poin dan CAC 40 di Paris menurun sedikit 0,2% menjadi 5.500,25.
Hasil pertemuan dari Bank Sentral AS alias the Federal Reserve membuat bursa saham Benua Kuning dijauhi investor. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 2-2,5%. The Fed pun sudah melihat kebijakan suku bunga tidak lagi bersifat akomodatif, tetapi cenderung ketat.
Lebih lanjut, normalisasi pada tahun ini diperkirakan belum selesai, namun masih ada 1 kali lagi yakni pada bulan Desember. Berdasarkan dot
plot versi terbaru, jumlah anggota FOMC yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun naik menjadi 12 orang, dari yang hanya 8 orang pada bulan Juni lalu.
Di satu sisi, agresifnya the Fed dalam menormalisasi suku bunga acuan mencerminkan kuatnya laju perekonomian Negeri Paman Sam. Namun di sisi lain, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS. Terlebih, risiko perang dagang masih kental terasa.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami
dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International
melaporkan.
Pernyataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. Kemarin (26/9/2018), Trump mengatakan bahwa dia telah menolak undangan dari pihak Kanada untuk melakukan dialog empat mata dengan Perdana Menteri Justin Trudeau.
Trump mengatakan bahwa penolakannya didasari oleh sikap Trudeau yang tak mau mengalah dalam negosiasi terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Sebelumnya pada hari Selasa, U.S.
Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan AS siap untuk menandatangani kesepakatan NAFTA yang baru tanpa Kanada. AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
(hps) Next Article Investor Cenderung Berhati-Hati, Bursa Eropa Dibuka Stagnan
Di zona euro, DAX 39 di Frankfurt turun 0,5% menjadi 12.329,40 poin dan CAC 40 di Paris menurun sedikit 0,2% menjadi 5.500,25.
Hasil pertemuan dari Bank Sentral AS alias the Federal Reserve membuat bursa saham Benua Kuning dijauhi investor. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 2-2,5%. The Fed pun sudah melihat kebijakan suku bunga tidak lagi bersifat akomodatif, tetapi cenderung ketat.
plot versi terbaru, jumlah anggota FOMC yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun naik menjadi 12 orang, dari yang hanya 8 orang pada bulan Juni lalu.
Di satu sisi, agresifnya the Fed dalam menormalisasi suku bunga acuan mencerminkan kuatnya laju perekonomian Negeri Paman Sam. Namun di sisi lain, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS. Terlebih, risiko perang dagang masih kental terasa.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami
dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International
melaporkan.
Pernyataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. Kemarin (26/9/2018), Trump mengatakan bahwa dia telah menolak undangan dari pihak Kanada untuk melakukan dialog empat mata dengan Perdana Menteri Justin Trudeau.
Trump mengatakan bahwa penolakannya didasari oleh sikap Trudeau yang tak mau mengalah dalam negosiasi terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Sebelumnya pada hari Selasa, U.S.
Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan AS siap untuk menandatangani kesepakatan NAFTA yang baru tanpa Kanada. AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
(hps) Next Article Investor Cenderung Berhati-Hati, Bursa Eropa Dibuka Stagnan
Most Popular