

Konsensus pasar yang dihimpun memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
"Hasil RDG BI pada 26-27 September 2018 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day RR sebesar 25 bps menjadi 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Sejak Januari 2018, BI 7-Day RR telah mengalami kenaikan hingga 125 bps. Berikut data BI 7 Days sejak Januari 2018:
18 Januari 2018 : 4,25%
15 Februari 2018 : 4,25%
22 Maret 2018 : 4,25%
19 April 2018 : 4,25%
17 Mei 2018 : 4,50%
30 Mei 2018 : 4,75%
29 Juni 2018 : 5.25%
19 Juli 2018 : 5,25%
15 Agustus 2018 : 5,5%
BACA : Konsensus Pasar: BI Bakal Naikkan Bunga Acuan ke 5,75%
(Herdaru Purnomo/Hidayat Setiaji)
(dru)
BI Jelaskan Perlambatan DPK
"Turunnya DPK tersebut untuk pembayaran impor dan proyek-proyek infrastructure. Jadi sebenarnya penurunannya banyak yang ditimbulkan dari korporasi. Korporasi juga mengurangi peminjaman valasnya," kata Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto.
"Kita juga proyeksikan akan terjadi gap DPK dan Kredit sebesar Rp 99 triliun," imbuh Erwin.
Domestic NDF Bukan untuk Spekulasi
Pernyataan Lengkap Gubernur BI Perry Warjiyo Keluarkan Aturan DNDF
Transaksi DNDF adalah transaksi forward yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara netting dalam mata uang Rupiah di pasar valas domestik. Kurs acuan yang digunakan adalah JISDOR untuk mata uang dolar AS terhadap Rupiah dan kurs tengah transaksi Bank Indonesia untuk mata uang non-dolar AS terhadap Rupiah. Transaksi DNDF dapat dilakukan oleh Bank dengan nasabah dan pihak asing untuk lindung nilai atas risiko nilai tukar Rupiah, dan wajib didukung oleh underlying transaksi berupa perdagangan barang dan jasa, investasi dan pemberian kredit Bank dalam valas.
Pernyataan Lengkap Gubernur BI Perry Warjiyo Naikkan Bunga 25 Bps
Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Keseriusan dan langkah-langkah konkret Pemerintah bersama Bank Indonesia untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor diyakini akan berdampak positif dalam menurunkan defisit transaksi berjalan khususnya pada 2019 sehingga diprakirakan akan menjadi sekitar 2,5% PDB. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal.
Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI Jaga Volatilitas Nilai Tukar Rupiah, Bukan Levelnya
Stance Kebijakan BI Masih Hawkish
"Stance kebijakan BI masih tetap sama Hawkish. Kita akan terus berupaya pre-emptive dan ahead of the curve. Tapi sangat tergantung pada dinamika ekonomi global dan domestik. Bagaimana nanti The Fed, ketegangan perdagangan dunia. Ini yang jadi dasar kita. Bulan depan kebijakan BI bagaimana? Nanti tergantung dengan data," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
BI Terbitkan Ketentuan Hedging Domestic NDF
BI Naikkan Suku Bunga Acuan BI 7-Day RR Jadi 5,75%
BI Proyeksi Pertumbuhan Kredit 2018 di Range 10-12%
Pertumbuhan Kredit Bank di Juli 2018 Capai 11,3%
"Lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,8%," tutur Perry.
Inflasi 2018-2019 Berada di 2,5%-5,5%
Rupiah Masih Alami Tekanan
Depresiasi rupiah sama seperti negara-negara peers akibat berlanjutnya penguatan dolar AS.
"Rupiah rata-rata melemah 1,05% selama Agustus 2018. Secara year to date rupiah sampai 26 September 2018 rupiah melemah 8,97% terhadap dolar AS," kata Perry.
"Ke depan BI akan terus lakukan langkah stabilitasi sehingga rupiah sesuai dengan fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," tutur Perry.
Pertumbuhan ekonomi 2018 masih dalam range 5,0%-5,4%
Investasi RI Masih Sesuai Perkiraan
Pertumbuhan Ekonomi Global Semakin Tidak Merata
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi global tidak merata saat ini. "Ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi menyebabkan ketidakmerataan ekonomi," kata Perry.
Ekonomi AS cukup kuat karena akselerasi konsumsi dan investasi yang tinggi. Sementara Jepang dan China cenderung turun.
FOTO: Konferensi Pers RDG September 2018
![]() |
![]() |
![]() |
Konferensi Pers RDG BI Dimulai
BI memulai konferensi pers RDG September 2018

BI Jelaskan Perlambatan DPK
14:44Domestic NDF Bukan untuk Spekulasi
14:36Pernyataan Lengkap Gubernur BI Perry Warjiyo Keluarkan Aturan DNDF
14:35Pernyataan Lengkap Gubernur BI Perry Warjiyo Naikkan Bunga 25 Bps
14:33BI Jaga Volatilitas Nilai Tukar Rupiah, Bukan Levelnya
14:28Stance Kebijakan BI Masih Hawkish
14:22BI Terbitkan Ketentuan Hedging Domestic NDF
14:18BI Naikkan Suku Bunga Acuan BI 7-Day RR Jadi 5,75%
14:16BI Proyeksi Pertumbuhan Kredit 2018 di Range 10-12%
14:14Pertumbuhan Kredit Bank di Juli 2018 Capai 11,3%
14:12Inflasi 2018-2019 Berada di 2,5%-5,5%
14:10Rupiah Masih Alami Tekanan
14:09Pertumbuhan ekonomi 2018 masih dalam range 5,0%-5,4%
14:07Investasi RI Masih Sesuai Perkiraan
14:05Pertumbuhan Ekonomi Global Semakin Tidak Merata