Semua 'Hawkish', Perang Suku Bunga Acuan Terjadi?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
27 September 2018 12:34

Dari beberapa negara yang masuk kategori negara maju atau dikenal dengan nama G-20, suku bunga acuan BI masuk posisi 10 besar. Bahkan suku bunga acuan Indonesia lebih tinggi dari negara-negara maju seperti China, Inggris hingga Australia.
Namun dibandingkan negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Brazil dan Meksiko, tingkat suku bunga acuan Indonesia masih lebih kecil. Hal ini juga berlaku jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Eropa seperti Turki dan Rusia. Jika elaborasi, suku bunga acuan di Argentina dan Turki merupakan yang tertinggi untuk kawasan G-20.
Hal ini lumrah, mengingat kedua bank sentral negara tersebut menaikkan suku bunga acuan dengan sangat agresif tahun ini. Anjloknya kurs mata uang masing-masing negara yang jadi penyebabnya.Peso Argentina dan lira Turki telah terdepresiasi masing-masing 105,44% dan 60,78% sejak awal tahun. Guna mengatasi hal ini, bank sentral Argentina menaikkan suku bunga hingga 3000 bps ke level 60% dan bank sentral Turki menaikkan sekitar 1700 bps hingga berada di level 25%.
Sementara Meksiko hanya menaikkan suku bunga acuan sekitar 75 bps. Lalu India hanya menaikkan sebesar 50 bps. Lain cerita dengan bank sentral Rusia, yang cenderung menurunkan suku bunga acuan sejak awal tahun dan baru menaikkan pada 14 September lalu. Kondisi yang hampir mirip dengan Brazil yang juga menurunkan suku bunga acuannya.
Padahal jika dilihat pergerakan mata uang Rusia dan Brazil, keduanya telah terdepresiasi masing-masing 14% dan 21%. Namun kondisi tersebut tidak mendorong, bank sentral untuk bertindak agresif seperti Argentina, Turki hingga Indonesia. Besar kemungkinan, bank sentral masing-masing negara mempertimbangkan risiko pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Berdasarkan data yang dilansir dari trading economics, pertumbuhan ekonomi kedua negara memang rendah. Tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia di kuartal I hanya tumbuh 0,85%. Sementara Brazil hanya tumbuh 0,2%. Kondisi pertumbuhan yang masih lambat, menyebabkan bank sentral tidak mau mengambil risiko dengan menaikkan suku bunga acuan.
(alf/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular