
Kemarin Ngerem, Hari ini Harga Minyak Injak Gas Lagi
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 September 2018 09:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 naik 1,125% ke level US$82,25/barel hingga pukul 09.10 WIB, pada perdagangan hari Kamis (27/9/2018). Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak November 2018 juga menguat 1,27% ke level US$72,48/barel.
Dengan pergerakan tersebut, harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa balik menguat ke rekor tertingginya sejak November 2014. Pada penutupan perdagangan kemarin harganya sempat terkoreksi 0,65%, tapi hari ini kekuatannya telah kembali.
Sentimen positif yang menjadi pendorong harga sang emas hitam hari ini masih datang dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang akan menyasar sektor perminyakan pada November mendatang.
Kemarin, harga minyak tertekan oleh cadangan minyak mentah AS yang naik 1,85 juta barel pada pekan lalu, menurut data yang dipublikasikan oleh pemerintah AS (US Energy Information Administration/EIA). Capaian itu jauh mengungguli ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel.
Sementara itu, produksi minyak mentah mingguan AS juga naik 100.000 barel/hari ke angka 11,1 juta barel/hari. Capaian itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah AS. Hal ini lantas mempertegas pernyataan pihak AS kemarin yang ingin menambal hilangnya pasokan minyak dari Teheran.
"Kami akan memastikan sebelum penetapan sanksi kami (terhadap Iran) bahwa kita akan mempunyai pasokan yang cukup di pasar minyak," ucap Brian Hook, utusan khusus pemerintah AS untuk Iran, seperti dikutip dari CNBC International.
BACA: Angin Panas Datang di Pertemuan PBB, Harga Minyak Setop Reli
Meski demikian, koreksi harga minyak ternyata bertahan sehari. Hari ini, harga minyak kembali melesat tinggi. Pelaku pasar nampaknya sadar bahwa sanksi AS untuk Iran adalah ancaman paling besar bagi kelangkaan pasokan minyak saat ini.
Terlebih, tidak ada kesepakatan formal untuk menambah suplai minyak dari hasil rapatpara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra produsen non-OPEC, pada akhir pekan lalu.
Pada puncaknya di tahun ini, ekspor Iran tercatat sekitar 3 juta barel/hari, setara dengan 3% konsumsi global, tapi kemampuan OPEC untuk menambal pasokan sebesar itu nampaknya terbatas.
"OPEC akan melakukan apapun untuk stabilisasi (harga minyak), tapi saya yakin anda juga sadar bahwa terdapat batas sampai mana OPEC dapat berusaha. Anda harus memiliki spare capacity," ujar Malam Mele Kyari, perwakilan Nigeria untuk OPEC, seperti dikutip dari Reuters.
Pelaku pasar lantas membaca bahwa ada potensi kekurangan pasokan masih terbuka lebar, karena tidak ada kenaikan produksi yang cukup signifikan. Sentimen langkanya pasokan lantas mampu mengerek harga minyak pagi ini.
(RHG/hps) Next Article Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau
Dengan pergerakan tersebut, harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa balik menguat ke rekor tertingginya sejak November 2014. Pada penutupan perdagangan kemarin harganya sempat terkoreksi 0,65%, tapi hari ini kekuatannya telah kembali.
Sentimen positif yang menjadi pendorong harga sang emas hitam hari ini masih datang dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang akan menyasar sektor perminyakan pada November mendatang.
Kemarin, harga minyak tertekan oleh cadangan minyak mentah AS yang naik 1,85 juta barel pada pekan lalu, menurut data yang dipublikasikan oleh pemerintah AS (US Energy Information Administration/EIA). Capaian itu jauh mengungguli ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel.
Sementara itu, produksi minyak mentah mingguan AS juga naik 100.000 barel/hari ke angka 11,1 juta barel/hari. Capaian itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah AS. Hal ini lantas mempertegas pernyataan pihak AS kemarin yang ingin menambal hilangnya pasokan minyak dari Teheran.
"Kami akan memastikan sebelum penetapan sanksi kami (terhadap Iran) bahwa kita akan mempunyai pasokan yang cukup di pasar minyak," ucap Brian Hook, utusan khusus pemerintah AS untuk Iran, seperti dikutip dari CNBC International.
BACA: Angin Panas Datang di Pertemuan PBB, Harga Minyak Setop Reli
Meski demikian, koreksi harga minyak ternyata bertahan sehari. Hari ini, harga minyak kembali melesat tinggi. Pelaku pasar nampaknya sadar bahwa sanksi AS untuk Iran adalah ancaman paling besar bagi kelangkaan pasokan minyak saat ini.
Terlebih, tidak ada kesepakatan formal untuk menambah suplai minyak dari hasil rapatpara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra produsen non-OPEC, pada akhir pekan lalu.
Pada puncaknya di tahun ini, ekspor Iran tercatat sekitar 3 juta barel/hari, setara dengan 3% konsumsi global, tapi kemampuan OPEC untuk menambal pasokan sebesar itu nampaknya terbatas.
"OPEC akan melakukan apapun untuk stabilisasi (harga minyak), tapi saya yakin anda juga sadar bahwa terdapat batas sampai mana OPEC dapat berusaha. Anda harus memiliki spare capacity," ujar Malam Mele Kyari, perwakilan Nigeria untuk OPEC, seperti dikutip dari Reuters.
Pelaku pasar lantas membaca bahwa ada potensi kekurangan pasokan masih terbuka lebar, karena tidak ada kenaikan produksi yang cukup signifikan. Sentimen langkanya pasokan lantas mampu mengerek harga minyak pagi ini.
(RHG/hps) Next Article Gara-gara Stok Minyak AS, Harga 'Emas Hitam' Galau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular