Jelang Rilis The Fed, Pasar Obligasi Pemerintah Tertekan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 September 2018 18:41
Koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, menjelang keputusan penaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS). Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Seri yang menjadi acuan utama adalah FR0064 bertenor 10 tahun.

Seri lain yang biasa dijadikan acuan adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri 10 tahun melemah dan menaikkan suku bunga sebesar 1,4 basis poin (bps) menjadi 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Tiga seri acuan lain menguat tetapi besarannya masih di bawah seri 10 tahun dan cenderung menunjukkan stagnansi. Koreksi harga SBN hari ini terjadi menjelang pengumuman penaikan suku bunga acuan Amerika Serikat hari ini waktu setempat, atau nanti malam waktu Indonesia.

Sebagian besar pelaku pasar global memprediksi bank sentral AS, The Fed, akan menaikkan suku bunganya 25 bps menjadi 2%-2,25%. Selai potensi kenaikan suku bunga menjadi 2%-2,25%, survei CME Group menunjukkan hanya ada potensi kenaikan suku bunga AS sebesar 50 bps dalam survei tersebut dan tidak ada yang memprediksi suku bunga akan ditahan pada posisi yang sama pada 1,75%-2%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 25 Sep 2018 (%) Yield 26 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.2298.225-0.40
FR006410 tahun8.2278.2411.40
FR006515 tahun8.4248.413-1.10
FR007520 tahun8.6888.687-0.10
Avg movement-0.05
Sumber: Reuters 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini ternyata tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indeks tersebut naik 0,22 poin (0,1%) menjadi 228 dari posisi kemarin 227,77. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 515 bps, melebar dari posisi kemarin 511 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,08% karena pelaku pasar juga masih berada pada mode menunggu (wait & see) jelang penaikan suku bunga acuan AS dan 7DRRR oleh Bank Indonesia. Spread itu masih lebar dibandingkan dengan level psikologis 500 bps, dan seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam 36,94% SBN rupiah dari total beredar Rp 2.286 triliun.

Angka itu perlahan naik beruntun dari posisi terendahnya 36,57% pada 14 September. Pelemahan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,02% menjadi 5.873 pada penutupan tadi sore. Di pasar nilai tukar mata uang, nilai tukar rupiah justru menguat 0,1% menjadi Rp 14.900 di hadapan setiap dolar AS.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Mau Damai, Pasar SUN Bakal Semarak Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular