Kritik Keras Sri Mulyani: Soal Ekonomi Rentan & Dana Pensiun

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 September 2018 13:50
Kritik Keras Sri Mulyani: Soal Ekonomi Rentan & Dana Pensiun
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali buka-bukaan mengenai kondisi perekonomian nasional yang sebenarnya di tengah gejolak ketidakpastian ekonomi global.

Hal tersebut dibeberkan bendahara negara dalam Seminar Nasional Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), serta pemangku kepentingan terkait di Hotel Bidakara, Rabu (26/9/2018).

Dalam kesempatan ini, Sri Mulyani tak ragu menyebut kondisi perekonomian Indonesia yang tidak cukup mampu beradaptasi atas dinamika perubahan ekonomi global.
Kritik Keras Sri Mulyani, Soal Ekonomi Dangkal & Dana PensiunFoto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)

Bahkan, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyindir pengelolaan dana pensiun di Indonesia yang masih sangat minim, bahkan jauh tertinggal dari negara lain.

Bagaimana selengkapnya?

(NEXT)


“Indonesia tidak cukup bagus dalam menerima dan meng-absorb direction policy global,”

Begitulah ungkapan Sri Mulyani di depan para pemangku kepentingan yang hadir dalam acara seminar tersebut.

Perang dagang AS vs China, normalisasi kebijakan moneter AS, serta kondisi geopolitik global disebut menjadi tantangan utama perekonomian setiap negara, tak terkecuali bagi Indonesia.

Namun, siapa yang tidak bisa beradaptasi dalam kondisi tersebut tentu akan terkena imbasnya, seperti Indonesia. Kurangnya pendalaman pasar keuangan, jadi biang kerok kenapa ekonomi domestik cukup rentan.

“Salah satu kenapa Indonesia mengalami tekanan yang sangat mudah jika lingkungan global berubah, karena Indonesia belum memiliki pendalaman pasar keuangan,” kata Sri Mulyani.

Perlu bukti? Bendahara negara mencontohkan salah satu indikator yang memperlihatkan bahwa pendalaman pasar keuangan domestik masih kurang.

Saat ini, total dana Industri Keuangan Non Bank (IKNB) mencapai Rp 2.279 triliun. Dari jumlah tersebut, total dana pensiun hanya sebesar Rp 266 triliun atau sekitar 11,7% dari total dana IKNB, dan 1,85% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Minimnya pengelolaan dana pensiun, diibaratkan seperti danau yang dangkal. Ketika ada seseorang yang melempar sesuatu ke danau tersebut, maka percikannya cukup memberikan pengaruh yang signifikan.

"Begitu ada orang yang melempar kerikil, percikannya besar sekali. Kalau Danau Toba, ada kapal jatuh tidak bisa dicari. Begitu sangat tenang dan stabil. Itu kenapa Indonesia perlu kerja keras perdalam pasar keuangan," katanya.


Pengelolaan dana pensiun di Indonesia masih relatif kecil, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Bahkan, dana pensiun di Indonesia hanya sekitar 1,85% dari PDB Indonesia.

"Negara tetangga Thailand punya akumulasi dana pensiun di atas 6%, jadi hampir 4 kali lipat. Itu pun masih kecil. Negara maju seperti Kanada bisa kumpulkan dana pensiun hingga 72% dari PDB," kata Sri Mulyani.

"Bayangkan kalau PDB kita sekarang Rp 16.000 triliun. Kalau dana pensiun kita sama atau meningkat menjadi 10%, maka seharusnya dana pensiun bisa mencapai lebih dari Rp 16.000 triliun. Instead, kita hanya punya Rp 266 triliun," katanya.

Menurut dia, pengelola dana pensiun tidak seharusnya puas dengan capain tersebut. Maka dari itu, pengelola dana pensiun harus menemukan cara untuk meningkatkan dana pensiun sebagai bagian dari pendalaman pasar keuangan.

"Kita bicara mengenai Rp 266 triliun. It's so tiny. Very, very, tiny. [...] Kemenkeu saja mengelola Rp 2.200 triliun. Di negara maju, Menkeu itu kurang keren dibandingkan dana pensiun karena dana pensiun lebih gede dibandingkan dana APBN. Jadi kurang keren," katanya.

Menurut Sri Mulyani, para pemangku kepentingan terkait khususnya pengelola dana pensiun harus terjun langsung ke lapangan untuk memberikan edukasi langsung kepada generasi milenial tentang pentingnya dana pensiun. Generasi milienial, bisa jadi opsi meningkatkan dana pensiun.

“Akhirnya, kita harus connect to milenial generation. Generai milenial yang ada karateristik kreatif, connected, dan confidence,” kata Sri Mulyani.

“Ini masa yang penting dan strategis bagi pengelola dana pensiun melakukan sosialisasi dan edukasi dana pensiun secara masig. Mumpung masih muda, himpun dana pensiun dari sekarang. Jangan kumpulin dana pensiun dua tahun sebelum pensiun,” jelasnya.

Indonesia, akan mendapatkan berkah bonus demografi pada 2030 mendatang. Momentum tersebut, harus betul-betul dimanfaatkan kepada generasi muda agar bisa mengelola keuangan dengan benar.

“Sisihkan uang kopi kamu yang tadinya setiap hari, jadi dua kali sehari. Sisanya, bikin sendiri dari rumah,” kata bekas mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.

Pemerintah, pun akan ikut serta membantu untuk mengembangkan berbagai kebijakanagar masyarakat bisa lebih banyak memupuk dana pensiunnya, salah satunya dengan menciptakan lapangan kerja yang baik.

"Itu dengan sendirinya menjadi salah satu sumber dana pensiun karena dengan pekera melakukan pekerjaan yang baik, bisa menyisihkan dana pensiun lebih banyak, dan bisa dipahami oleh pekerja sendiri," tegasnya.



(dru) Next Article Prepare for the Worst, Ini Wejangan Sri Mulyani

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular