Dikepung Sentimen Negatif Luar-Dalam, Reli Obligasi Terhenti

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 September 2018 13:02
Dikepung Sentimen Negatif Luar-Dalam, Reli Obligasi Terhenti
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Reli kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah terhenti pada awal perdagangan hari ini akibat tekanan beberapa faktor sekaligus pada awal perdagangan hari ini. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari pergerakan empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Tiga dari empat seri acuan itu terkoreksi, yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun yang mengalami kenaikan yield 3 basis poin (bps), 3 bps dan 540 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Di sisi lain, seri acuan lain yaitu 15 tahun justru menguat dan mengalami penurunan yield sebesar 4 bps menjadi 8,39%. 

Faktor negatif yang membayangi pasar surat utang pemerintah hari ini adalah koreksi pasar obligasi AS yang membuat yield-nya naik, lelang rutin, pelemahan rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga minyak mentah dunia, dan rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed. Terkoreksinya pasar SBN hari ini membuat reli penguatan harga beruntun yang terjadi sejak 18 September berhenti. 

                                            Yield Obligasi Negara Acuan 25 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 24 Sep 2018 (%) Yield 25 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1458.1843.90
FR006410 tahun8.1758.2063.10
FR006515 tahun8.4398.395-4.40
FR007520 tahun8.6258.6795.40
Avg movement2.00
Sumber: Reuters  

Koreksi SBN pagi ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa melebar menjadi 511 bps, setelah kemarin masih berada pada 504 bps.

Pagi ini, yield US Treasury 10 tahun naik menjadi 3,09% karena adanya pengalihan aset investor global ke instrumen ekuitas di Negeri Paman Trump sebagai wujud antisipasi terhadap potensi kenaikan suku bunga acuan dan eskpektasi pertumbuhan ekonomi AS. 

Spread yang masih lebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Dalam lelang SBN hari ini, pemerintah berniat melepas obligasi konvensional dengan target Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. Seri yang dilelang adalah SPN03181226, SPN12190606, FR0077, FR0078, FR0065, dan FR0075.

FR0077 dan FR0078 merupakan seri baru yang akan menjadi seri acuan baru untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun, yang kemungkinan akan segera efektif pada tahun depan. 

Menjelang lelang, pelaku pasar SBN biasanya akan berusaha membuat pasar terkoreksi sehingga mengangkat yield. Ketika yield naik, pelaku pasar dapat memasukkan yield penawaran lelang pada level yang tinggi sehingga pemerintah memiliki posisi tawar yang lebih rendah karena memiliki kewajiban menjaga biaya dana (cost of fund) dan di sisi lain juga memiliki kewajiban mendapatkan dana dari penerbitan surat utang. 

Dalam lelang hari ini, pelaku pasar memprediksi penawaran pelaku pasar akan lebih baik daripada lelang terakhir (Rp 36,88 triliun) karena kondisi global yang relatif lebih kondusif dibandingkan dengan dua pekan lalu.

Sebagai catatan, sejak awal tahun, rerata jumlah penawaran dalam lelang SBN konvensional mencapai Rp 40,73 triliun dan rerata penerbitannya Rp 16,52 triliun. 

Untuk lelang hari ini, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono menyarankan investor turut berpartisipasi. 

"Dengan pertimbangan proyeksi tingginya yield yang dimenangkan dan adanya potensi kenaikan harga SBN dalam jangka pendek, kami menyarankan investor untuk berpartisipasi di dalam lelang SBN kali ini khususnya untuk mendapatkan seri baru." 

Analis Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto dalam risetnya memprediksi jumlah permintaan akan lebih tinggi daripada lelang SBN konvensional terakhir yaitu Rp 37 triliun-Rp 42 triliun karena beberapa alasan. 

Pertama, likuiditas sistem perbankan yang masih memadai Rp 103,8 triliun per 24 September. Kedua, aksi jual investor asing sudah mulai mereda, diikuti tren pergerakan Dollar Index (DXY). Ketiga, mulai dilepasnya seri suku bunga tetap (FR) baru yaitu acuan baru 5 tahun FR0077 dan 10 tahun FR0078. 

Dian Ayu Yustina, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, menyatakan faktor lain yang membuat lelang kali ini lebih baik dibandingkan dengan lelang sebelumnya adalah kepemilikan investor asing yang perlahan sudah masuk kembali ke pasar SBN dalam beberapa hari terakhir. 

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 843,82 triliun SBN rupiah per 24 September, berporsi 36,9% dari total beredar Rp 2.286 triliun. Angka persentase itu berangsur naik dari posisi terendah 36,57% (Rp 835 triliun dari total Rp 2.285 triliun) pada 14 September.

Berdasarkan jumlah nominal sederhana, berarti sudah ada arus dana masuk milik investor asing sebesar Rp 8,27 triliun. 



Pelemahan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  turun hingga siang ini. Koreksi terjadi pada indeks saham tersebut sebesar 0,44% menjadi 5.857. Di sisi pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,34% hingga turun menjadi Rp 14.910 per dolar AS.   


TM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular