Meski Perang Dagang Memanas, Harga Obligasi Masih Reli

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
24 September 2018 19:46
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali menguat pada perdagangan hari ini, memperpanjang reli harga yang terjadi sejak Rabu pekan lalu, (18/9/18). 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan paling menguat hari ini adalah seri 20 tahun, yang mengalami penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,62%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga menguat, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun yang yield-nya turun 1 bps, 0,5 bps, dan 4 bps menjadi 8,14%, 8,17%, dan 8,43%. 

Penguatan pasar obligasi ini masih terjadi meskipun perang dagang memasuki babak baru hari ini, yaitu penerapan tarif impor baru oleh Amerika Serikat (AS) dan China terhadap barang impor masing-masing mitra dagang. Meskipun perang dagang memanas, pelaku pasar ada yang menilai dampaknya tidak akan besar karena kondisinya tidak sebesar yang diprediksi sebelumnya.

 Yield Obligasi Negara Acuan 24 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 21 Sep 2018 (%)Yield 24 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1588.145-1.30
FR006410 tahun8.188.175-0.50
FR006515 tahun8.4838.439-4.40
FR007520 tahun8.6848.625-5.90
Avg movement-3.02
Sumber: Reuters  

Penguatan terbatas pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut justru turun 0,28 poin (0,13%) menjadi 227,83 dari posisi kemarin 228,12. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 504 bps. Yield US Treasury 10 tahun masih bertahan pada 3,08%. 

Spread yang masih lebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Reli yang dibentuk penguatan harga sejak pekan lalu sudah membuat yield seri acuan 10 tahun turun hingga 26 bps sejak 18 September. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam 36,77% SBN rupiah dari total beredar Rp 2.286 triliun pada posisi akhir pekan lalu.

Angka persentase itu sudah beranjak naik dari posisi terendah asing pada 36,57% pada 13 September, atau secara jumlah sebesar Rp 5,03 triliun. 

Secara rutin, besok pemerintah akan menerbitkan SBN dengan nilai total target Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. Yang unik, besok akan dilelang dua seri acuan baru tahun depan untuk seri 5 tahun dan 10 tahun. 

Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 25 Sep 2018
SeriSPN03181226SPN12190606FR0077FR0078FR0065FR0075
Jatuh tempo26-Dec-186-Jun-1915-May-2315-May-2815-May-3315-May-38
Kupon imbal hasilDiskontoDiskontoDitentukan 25/9/18Ditentukan 25/9/186.625%7.500%
Target indikatif10,000
Target maksimal20,000
(Rp miliar)
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu 

Dalam risetnya, Senior Asia Rates Strategist ANZ Jennifer Kusuma memprediksi seri baru FR0077 dan FR0078 akan dilepas pemerintah pada yield dan kupon 8,05%-8,15% dan pada 8,15%-8,25% dalam lelang besok. 

"Yield seri acuan baru akan ditransaksikan 5 bps-20 bps di bawah yield seri acuan lama, sebelum akhirnya ternormalisasi seiring dengan waktu. Normalisasi diprediksi akan memakan waktu tahunan, tetapi akan rampung dalam 3-9 bulan untuk tenor 5 tahun," ujarnya. 

Untuk menggalang dana penerbitan SBN, pemerintah juga baru menerbitkan obligasi tenor 18 tahun (FR0072) senilai Rp 1 triliun melalui mekanisme penawaran terbatas (private placement) pada tingkat yield 8,82% dan kupon 8,25% pada 21 September lalu. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini ternyata tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru turun signifikan hingga penutupan tadi sore.

Indeks utama pasar saham tersebut turun -1,27% menjadi 5.882. Di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,3% menjadi Rp 14.860 di hadapan setiap dolar AS.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular