Rupiah Loyo di Kurs Acuan, Terlemah Kedua Asia di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 September 2018 10:43
Hubungan Washington-Beijing Panas
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dolar AS memang sedang perkasa, bahkan mata uang Asia tidak ada yang selamat. Bukan hanya di Asia, kedigdayaan mata uang Negeri Adidaya terjadi secara global. 

Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,05% pada pukul 10:17 WIB. Sejak pagi tadi, Dollar Index tidak pernah menyentuh zona merah. 

Faktor eksternal dan internal mendukung penguatan greenback. Dari luar, harapan damai dagang AS-China luluh karena Beijing telah menolak undangan pertemuan dari Washington. Padahal pelaku pasar berharap pertemuan ini jadi dilakukan dan bisa menurunkan tensi ketegangan AS-China. 

Hari ini, China resmi mengenakan bea masuk bagi impor produk AS senilai US$ 60 miliar. AS juga akan membebankan bea masuk bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar pada pukul 00:01 waktu setempat. 

Tidak hanya soal perdagangan, hubungan Washington-Beijing juga memanas di sektor pertahanan. AS menjatuhkan sanksi kepada militer China karena membeli pesawat tempur dari Rusia.

Akibat ketegangan ini, China memanggil dubes AS di Beijing untuk memberikan klarifikasi. China juga memanggil pulang Kepala Staff Angkatan Laut Shen Jinlong yang awalnya akan merapat ke AS untuk melakukan pembicaraan dengan petinggi militer Pentagon. Kementerian Pertahanan China mengecam sanksi AS karena pembelian pesawat dari Rusia hanya hubungan biasa dan Washington tidak berhak untuk ikut campur. 

Panasnya hubungan AS-China di berbagai lini memaksa pelaku pasar untuk bermain aman. Tujuan investor adalah aset-aset aman (safe haven), salah satunya dolar AS. Arus modal yang berkerumun di sekitar dolar AS membuat mata uang ini terus menguat.

Sementara dari dalam negeri, penguatan dolar AS didukung oleh semakin dekatnya rapat The Federal Reserve/The Fed yaitu 26 September. Dalam rapat ini, pelaku pasar memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuan minimal 25 bps. Menurut CME Fedwatch, probabilitas untuk kenaikan 25 bps adalah 92%.

Investor juga perlu waspada karena kemungkinan untuk kenaikan 50 bps semakin besar, yaitu mencapai 8%. Praktis sudah tidak ada ruang bagi The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 1.75-2%.

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan investasi, khususnya di instrumen berpendapatan tetap. Akibatnya, arus modal akan kembali berkerumun di dekat Negeri Paman Sam dan bila ini terjadi maka penguatan dolar AS adalah sebuah keniscayaan sejarah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular