Wall Street Gembira Tutup Akhir Pekan

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
22 September 2018 07:14
Bursa saham AS menutup akhir pekan di zona hijau.
Foto: Ilustrasi Bursa AS (REUTERS/Andrew Kelly)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham AS menutup akhir pekan di zona hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 menyentuh rekor di penutupan perdagangan Jumat (21/9/2018) waktu setempat.

Tercatat 30 emiten Dow Jones meningkat 86,52 poin ke 26.743 didorong oleh McDonald's dan Boeing. Sementara, S&P 500 ditutup di 2.929 setelah sempat meningkat 0,4%.

CNBC Internasional menuliskan kedua indeks saham tersebut menyentuh level all-time highs pada perdagangan kemarin. Selama sepekan Dow Jones lompat 2.2% dan S&P 500 mencapai 1%.

"Saya sedikit terkejut melihat seberapa kuat reli indeks bursa saham AS," kata Michael Geraghty, Equity Strategist di Cornerstone Capital.

Ia mencatat, ekuitas diuntungkan oleh laba perusahaan yang cukup kuat. "Pasar saham kuat karena ekonomi kuat dan ekonomi kuat karena pendapatan perusahaan yang kuat," tuturnya.


Faktor yang Pengaruhi Bursa Saham AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan bea impor 10% terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Tidak hanya itu, tarif impor tersebut akan naik menjadi 25% akhir tahun ini.

Langkah sang presiden yang diumumkan hari Senin (17/9/2018) malam waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Indonesia makin memanaskan ketegangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. China telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk baru oleh AS.

Langkah The Fed

Tingkat pengangguran mendekati angka terendah dalam 20 tahun. Hal itu menuntut bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, untuk menaikkan tingkat suku bunga atau perekonomian akan bergerak terlalu cepat (overheating). Namun, pasar obligasi, yang berada tidak jauh dari posisi yang biasanya mendahului resesi, mengatakan tidak perlu terlalu cepat.

Hasil dari keputusan itu nampaknya menjadi semakin penting saat The Fed semakin dekat ke waktu pertemuan minggu depan untuk menentukan kebijakan suku bunga. Keputusan yang diambil akan menentukan apakah Gubernur The Fed Jerome Powell mampu memimpin masa berkelanjutan yang bebas resesi atau merusak pesta dengan kenaikan suku bunga yang membebani pertumbuhan ekonomi.

Penelitian terbaru dari staf The Fed dan pernyataan Powell sendiri tampaknya lebih menekankan pada risiko pasar tenaga kerja super-ketat, yang bisa berarti adanya perubahan dalam proyeksi tingkat suku bunga The Fed dan nada yang lebih keras dalam retorikanya.

Para ekonom Goldman Sachs, misalnya, berpendapat bahwa keputusan tingkat suku bunga "optimal" Fed adalah "di atas harga pasar". Mereka melihat kemungkinan akan ada empat kenaikan suku bunga tahun depan, sementara investor hanya mengharapkan satu atau dua kenaikan, yang merupakan kesenjangan yang signifikan.


(dru) Next Article Damai Dagang Makin Terang: Wall Street Happy, Dow Jones Rekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular