Dow Futures Turun, Investor Pantau Perang Pasca PLTN Diserang

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
04 March 2022 19:03
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat (4/3/2022), di mana investor masih mengamati perkembangan perang di Ukraina dan rilis data pekerjaan baru di AS.

Kontrak futures indeks Dow Jones turun 274 poin (-0,8%). Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi yang masing-masing sebesar 0,82% dan 0,78%.

Kemarin, kontrak futures berada di zona negatif mengekor laporan bahwa ada asap yang terlihat dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ukraina yang merupakan PLTN terbesar di Eropa, setelah pasukan militer Rusia menyerang.

Kerugian dari penyerangan PLTN sedang diselidiki, setelah Direktur PLTN mengatakan bahwa lokasi telah aman. 

Pihak berwenang Ukraina juga mengunggah pembaruan bahwa api telah padam. Situasi di Ukraina memburuk dengan cepat dan laporan dari negara tersebut sulit untuk dikonfirmasi.

Harga energi telah melonjak, di mana harga minyak acuan AS jenis West Texas Intermediate naik 2,4% berada di US$ 110,26 per barel dan jenis minyak Brent naik 2,2% ke US$ 112,88 per barel.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun, di mana investor menghindari aset berisiko. Yield obligasi tenor 10 tahun turun 6,2 basis poin ke 1,78%.

Pergerakan dibantu oleh rilis data pekerjaan baru dari Departemen Tenaga Kerja AS di bulan Februari. Poling analis Dow Jones memprediksikan adanya pertumbuhan sebanyak 440.000 pekerjaan dan angka pengangguran menurun ke 3,9%. Pendapatan per jam diproyeksikan akan tumbuh sebanyak 5,8% secara tahunan.

Data tersebut merupakan data terbaru sebelum pertemuan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed diproyeksikan akan mulai menaikkan suku bunga acuannya. Presiden The Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu (2/3) bahwa dia mendukung kenaikan sebanyak 25 basis poin di bulan Maret.

"Karena kita telah melihat Powell lebih mendukung kenaikan sebanyak 25 bp, maka adanya spekulasi bahwa kenaikan akan condong ke 25 bp, walaupun besok kita melihat data laporan yang baik melebihi ekspektasi pasar," tutur Ekonom dan Perencana Portfolio New York Life Investment Lauren Goodwin dikutip dari CNBC International.

Dia menambahkan seandainya ada kenaikan pada data upah sebanyak 5,8% maka akan tetap terpangkas, jika angka inflasi di atas 7%.

Perang Di Ukraina juga akan menjadi perhatian investor hari ini. Ukraina masih mengamankan ibu kotanya, Kyiv, selama lebih dari sepekan meskipun laporan penembakan meningkat di kota-kota besar lainnya. Jika mengacu pada data United Nations (UN), sebanyak 1 juta masyarakat Ukraina telah meninggalkan negaranya.

Sementara itu, sanksi ekonomi dari AS dan negara sekutunya telah efektif menyetop ekonomi Rusia dari sebagian besar sistem ekonomi dunia. Kemarin, JPMorgan mengatakan bahwa ekonomi Rusia bisa menyusut 35% secara tahunan pada kuartal kedua.

Harga energi melonjak sejak perang dimulai, walaupun di perdagangan kemarin sedikit mendingin. Tercatat, harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) di US$ 109/barel.

Musim rilis kinerja keuangan mendorong beberapa pergerakan besar di beberapa jam setelah perdagangan ditutup. Saham ritel Gap Inc dan Sweetgreen melonjak setelah melaporkan neraca keuangan yang melebih ekspektasi. Saham Broadcom juga naik setelah melaporkan laba bersih yang baik.

Kemarin, mayoritas indeks bursa saham AS berakhir melemah setelah sempat berayun. Indeks Dow Jones sempat berada di zona positif sebelum berakhir turun 96 poin. Indeks Nasdaq dikerek turun oleh saham perangkat lunak yang anjlok 1,56%.

Indeks Dow Jones menurun 0,9% secara mingguan dan menjadi penurunan selama empat pekan beruntun. Indeks S&P 500 turun 0,5% selama sepekan dan Nasdaq anjlok lebih dari 1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Investor, Wall Street Berpotensi Suram Nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular