Sempat Di-bully, Rupiah dan Mata Uang Ini Mampu Bangkit

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 September 2018 16:22
Mata Uang Negara Berkembang Bangkit
Ilustrasi Peso Argentina (REUTERS/Marcos Brindicci)
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang yang sering mendapat sorotan pun bangkit. Misalnya peso Argentina. Investor sempat begitu khawatir terhadap mata uang Negeri Tango karena pernah melemah hampir 12% dalam sehari pada akhir Agustus lalu. 

Namun pekan ini peso bangkit. Dalam lima hari perdagangan terakhir, peso melesat dengan apresiasi 3,4%. 

Peso sempat tertekan karena rilis data pertumbuhan ekonomi Argentina. Pada kuartal II-2018, ekonomi Argentina terkontraksi alias minus 4,2%. Ini merupakan pencapaian terburuk sejak kuartal III-2014. 

Namun peso tidak berkabung terlalu lama. Peso langsung bangkit dengan dimulainya pembicaraan pemerintah Argentina dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Argentina telah menyepakati paket utang IMF senilai US$ 50 miliar dan sepertinya akan ditarik dalam waktu dekat. 

"Hal yang bisa saya sampaikan adalah ada kemajuan signifikan dalam upaya memperkuat kebijakan ekonomi Argentina yang dibantu oleh IMF. Kami bekerja sangat keras untuk menyelesaikan pembicaraan ini," kata Gerry Rice, Juru Bicara IMF, dikutip dari Reuters. 

Kehadiran IMF untuk membantu Argentina mendapat apresiasi pelaku pasar. Ini membuat peso mampu menguat signifikan dalam pekan ini, meski sejak awal tahun masih amblas 51,3% terhadap dolar AS. 

Lira Turki pun mampu menguat lumayan signifikan. Dalam 5 hari perdagangan terakhir, mata uang Negeri Kebab menguat 0,94%. 

Faktor domestik yang mendukung lira adalah pengumuman rancangan kebijakan ekonomi Turki oleh Menteri Keuangan Berat Albayrak. Menantu Presiden Recep Tayyip Erdogan itu menyebut tema rancangan kebijakan tersebut lebih realistis dan berorientasi pada aksi. 

Pemerintah Turki memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2019 sebesar 2,3% dan terakselerasi menjadi 5% pada 2021. Sementara inflasi tahun ini diperkirakan sebesar 20,8%, dan tahun depan adalah 15,9%. 

Kemudian, rand Afrika Selatan juga menunjukkan kinerja yang ciamik. Selama 5 hari perdagangan terakhir, mata uang ini melesat 4,67%. 

Meski Bank Sentral Afrika Selatan (SARB) menahan suku bunga acuan di 6,5%, tetapi pelaku pasar tetap memberikan apresiasi. Pasalnya, SARB memberikan komunikasi yang sesuai dan bisa diterima investor. 

"Kami tetap berpendapat bahwa tantangan ekonomi saat ini adalah hal yang struktural. Ini tidak bisa diatasi hanya dengan kebijakan moneter," tegas Lesetja Kganyago, Gubernur SARB, dikutip dari Reuters. 

Pekan ini memang menjadi momentum bagi negara-negara berkembang. Namun bukan berarti bisa berleha-leha, karena tantangan ke depan masih besar. 

Pada 26 September, The Federal Reserve/The Fed akan mengumumkan hasil rapat bulanan. Dalam rapat ini, pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan setidaknya 25 basis poin. 

Kenaikan ini akan membuat berinvestasi di AS akan kembali menarik, terutama di instrumen berpendapatan tetap. Arus modal akan kembali merapat ke Negeri Paman Sam, dan dolar AS berpotensi kembali perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular