
BI: Jika Kondisi Normal, CAD 3% Tak Masalah
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 September 2018 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) memang mencapai batas atas posisi aman 3% pada Juli 2018. Data Bank Indonesia (BI) memperlihatkan Current Account Deficit (CAD) mencapai 3 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau tertinggi sejak kuartal II-2014.
Sebenarnya, jika tidak banyak gejolak ekonomi global posisi CAD 3% masih bisa diterima pasar. Bahkan BI menganggap jika CAD 3,5% saja tidak menimbulkan masalah besar.
"Sebenarnya dalam kondisi normal CAD kita 3% bukan suatu masalah. Kajian kami sampai 3,5% tidak menimbulkan masalah besar," kata Kepala Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
"Justru itu cerminan bagi investasi asing. Kalau tidak ada defisit maka tidak ada peluang bagi mereka untuk masuk tapi yang jadi masalah sumber investasinya tidak masuk," imbuh Doddy.
Menurut Doddy apa yang terjadi saat ini di global membuat nilai tukar tertekan cukup dalam. Tapi Indonesia tidak sendirian.
"Itu bukan hanya fenomena rupiah tapi seluruh mata uang dunia. Mata uang dolar dengan mata uang kuat sejak awal tahun itu memang tren-nya naik tidak pernah kembali ke titik bawahnya," kata Doddy.
Tercatat, defisit sepanjang kuartal II mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I yang mencapai US$ 5,7 miliar. Angka ini juga lebih besar dibandingkan kuartal II-2017 yang hanya US$ 5 miliar.
"Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8 miliar atau 3% dari PDB pada kuartal II-2018," kata Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati di Gedung BI, Jumat (10/8/2018)
Penyebab dari melebarnya defisit ini terindikasi akibat meningkatnya defisit perdagangan hingga aliran modal asing yang keluar. Selama periode April-Juni 2018, defisit perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,33 miliar. Tingginya impor di periode tersebut, dipengaruhi permintaan barang konsumsi dan bahan baku.
(dru/dru) Next Article Di Tengah Pandemi, BI Proyeksi CAD 2020 Dibawah 2% PDB
Sebenarnya, jika tidak banyak gejolak ekonomi global posisi CAD 3% masih bisa diterima pasar. Bahkan BI menganggap jika CAD 3,5% saja tidak menimbulkan masalah besar.
"Sebenarnya dalam kondisi normal CAD kita 3% bukan suatu masalah. Kajian kami sampai 3,5% tidak menimbulkan masalah besar," kata Kepala Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
![]() |
"Justru itu cerminan bagi investasi asing. Kalau tidak ada defisit maka tidak ada peluang bagi mereka untuk masuk tapi yang jadi masalah sumber investasinya tidak masuk," imbuh Doddy.
"Itu bukan hanya fenomena rupiah tapi seluruh mata uang dunia. Mata uang dolar dengan mata uang kuat sejak awal tahun itu memang tren-nya naik tidak pernah kembali ke titik bawahnya," kata Doddy.
Tercatat, defisit sepanjang kuartal II mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I yang mencapai US$ 5,7 miliar. Angka ini juga lebih besar dibandingkan kuartal II-2017 yang hanya US$ 5 miliar.
"Defisit transaksi berjalan tercatat US$ 8 miliar atau 3% dari PDB pada kuartal II-2018," kata Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati di Gedung BI, Jumat (10/8/2018)
Penyebab dari melebarnya defisit ini terindikasi akibat meningkatnya defisit perdagangan hingga aliran modal asing yang keluar. Selama periode April-Juni 2018, defisit perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,33 miliar. Tingginya impor di periode tersebut, dipengaruhi permintaan barang konsumsi dan bahan baku.
(dru/dru) Next Article Di Tengah Pandemi, BI Proyeksi CAD 2020 Dibawah 2% PDB
Most Popular